Mohon tunggu...
Irfan Ansori
Irfan Ansori Mohon Tunggu... Guru - Perbanyak Jejak Digital Kebaikan

Penulis | Pembelajar | Penyebar Kebaikan

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Kajian Tafsir Alquran tentang Harta (1)

5 September 2018   10:03 Diperbarui: 5 September 2018   20:29 324
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kajian tafsir Alquran bersama ust Irfan Ansori S. Sy

Setelah kita membahas tafsir Alquran tentang Rezeki, (2) dan (3), tidak pas kiranya jika kita tanpa membahas konsep harta dalam Islam.

Meski rezeki tidak selalu harta, tapi harta bisa menunjang pelbagai rezeki yang kita dapatkan.

Namun, seberapa pentingkah posisi harta dalam agama Islam?

Mengapa dewasa ini manusia lebih fokus memikirkan harta dibanding Tuhannya?

Sudahkah kita mencocokkan harta kita sebagaimana konsep harta dalam agama Islam?

Mau tahu jawabannya, mari kita bahas tafsir Alquran tentang harta bersama Ust. Irfan Ansori. S. Sy.

  1. Harta sebagai Cobaan

a. Qs. Al-Anfal [8] : 28

"Dan ketahuilah, bahwa hartamu dan anak-anakmu itu hanyalah sebagai cobaan dan sesungguhnya di sisi Allah-lah pahala yang besar."

Harta dan anak mampu menjadi cobaan bagi manusia, jika mereka terlalu berlebihan memprioritaskan anak pada kehidupan mereka. Sikap berlebihan tersebut akan menyebabkan seorang hamba lupa kepada Allah SWT.

Manusia akan bersikap rakus dan seolah merasa berkuasa atas segala harta yang mereka miliki, padahal semua itu tidak lebih merupakan pemberian dari Allah SWT.

b. Qs. At-Taghabun [64]: 15

"Sesungguhnya hartamu dan anak-anakmu hanyalah cobaan (bagimu), dan di sisi Allah-lah pahala yang besar."

Ayat lain yang menegaskan, urusan dunia jangan sampai melalaikan urusan akhirat. Kita sering melihat dengan dalih "tanggung" atau keuntungan semua dunia, manusia melalaikan salat untuk keperluan bisnis, serta tidak menjadikan salat sebagai jadwal prioritas dalam kehidupannya.

2. Kekurangan Harta Juga Cobaan

Allah menjelaskan hal ini pada Qs. Al-Baqarah [2] : 155

"Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar."

Bagi kita yang dikehendaki Allah diuji dengan kekurangan harta, maka sabar merupakan tameng serta perisai keimanan yang sangat kuat. Seiring dengan rasa takut serta perasaan khawatir atas kekurangan harta, sesungguhnya keimanan yang kuat menjadikan kita sabar, bahwa pasti ada rencana kebahagiaan dibalik peristiwa kesedihan. Ada rencana kenaikan, dibalik peristiwa turunnya.

Kekurangan harta yang kita alami setelah kita berupaya dan bertawakkal wajib disikapi sebagai peluang bagi kita supaya mampu mendapatkan ganjaran surga atas kesabaran yang kita lakukan. Bukan mengutuk kehidupan bahkan mengutuk Allah SWT. Naudzubillahi min dzalik.

3. Harta tidak Menjamin Keabadian Hidup

Allah benci kepada manusia yang terlalu menuhankan harta. Qs. Al-Humazah [103] : 1-3

- -

"Kecelakaanlah bagi setiap pengumpat lagi pencela (1), yang mengumpulkan harta dan menghitung-hitung, (2), dia mengira bahwa hartanya itu dapat mengkekalkannya (3)."

Dalam dunia finance, biasa kita mengenal istilah tabungan, dana cadangan, atau investasi dan sebagainya. Hal tersebut sebagai ikhtiar manusia untuk tenang menghadapi kehidupan selanjutnya.

Pada dasarnya hal (menurut kami) hal tersebut tidak menjadi masalah, selama kita tidak menginginkan sebuah hal yang berlebihan melalui harta tersebut, seperti ingin menikmati keabadian hidup dengan menikmati seluruh harta. Sedangkan, tugas mereka untuk beribadah serta kekalnya kehidupan akhirat tidak menjadi perhatian mereka.

4. Maksud Pemberian Harta kepada Orang Kafir

Hal tersebut tercatat pada Qs. At-Taubah [9]: 55

"Maka janganlah harta benda dan anak-anak mereka menarik hatimu. Sesungguhnya Allah menghendaki dengan (memberi) harta benda dan anak-anak itu untuk menyiksa mereka dalam kehidupan di dunia dan kelak akan melayang nyawa mereka, sedang mereka dalam keadaan kafir."

Mungkin diantara pembaca saat ini sedang mengalam hal yang disinggung dalam Alquran: iri kepada kelimpahan harta bagi mereka para pelaku maksiat bahkan keadaan kafir. Memang hal ini benar-benar menjadi ujian berat jika kita tidak menggantungkan iman kita kepada Allah SWT.

Namun, jika kita coba merenung sejenak, hening, berdialog dengan hati yang terdalam. Apakah nikmat hidayat iman, Islam, serta berbuat kebaikan ini tidak lebih mahal harganya daripada semua itu? Karena jika kita kehilangan hal ini, kita akan menderita selama-lamanya dalam kehidupan yang abadi.

Mereka bekerja keras lalu mendapatkan harta dari kerja keras mereka, bahkan sampai melupakan beribadah kepada Allah serta menolak hidayanya. Lalu berselang beberapa waktu mereka meninggal tanpa menikmati harta yang mereka upayakan, serta harta tersebut tidak menolong apapun di akhirat kelak.

Sungguh, betapa durjana-nya kehidupan seperti itu. Lelah di dunia, menikmati sebentar, lalu tersiksa selamanya di akhirat. Naudzubillahi min dzalik. Mari kita sama-sama mendoakan agar kehidupan serta harta kita mendapatkan berkah serta membawa kita kepada surganya Allah SWT.

Klik disini untuk melanjutkan tafsir Alquran edisi ke-2.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun