Meningkatnya Depresi
Depresi akibat dari persaingan hidup yang ketat, persaingan mendapatkan sekolah favorit, perguruan tinggi negeri favorit, dan pekerjaan yang bagus. Tak heran bila sedari kecil, anak-anak Indonesia dituntut untuk bisa ini-itu, mengusai ini-itu, karena memang situasinya menuntut mereka untuk seperti itu. Tidak cukup hanya pandai di sekolah, tapi juga harus punya keahlian.
Untuk meredam permasalahan sosial yang akan timbul akibat bonus demografi tersebut, saya setuju dengan peneliti IPADI Kalbar, M. Luthfi dan Wahyudi agar pemerintah memberikan langkah-langkah kesiapan menghadapi, diantaranya melakukan pemetaan potensi kesempatan kerja di tiap-tiap daerah guna menjaga ketersediaan lapangan kerja, penyiapan tenaga kerja terkait keanekaragaman jenis pekerjaan maupun konpetensinya, mendorong investasi padat karya dengan spesifikasi disesuaikan tingkat pendidikan rata-rata masyarakat. Selain itu, perlu dilakukan perbaikan mutu modal manusia mulai dari pendidikan, kesehatan, kemampuan komunikasi, dan penguasaan teknologi.Â
Membangun jiwa kewirausahaan pada generasi muda serta memfasilitasi pelatihan-pelatihan tenaga kerja dan memberikan ketrampilan kepada tenaga kerja produktif serta pengembangan ekonomi kreatif berdasarkan potensi unggulan tiap-tiap wilayah juga perlau dilakukan untuk kesiapan menghadapi bonus demografi. Jangan sampai bonus demografi yang digadang-gadang bisa digunakan sebagai momentum upaya peningkatan kualitas sumber daya manusia hanya akan berlalu begitu saja, atau justru kedatangannya akan membawa malapetaka di suatu daerah.
Sementara itu, tugas kita sebagai orangtua adalah mempersiapkan anak-anak kita agar bisa menjadi pribadi yang mandiri dan berdaya guna. Tidak menjadi beban orangtua (keluarga), masyarakat, dan negara.
Irra Fachriyanthi
Facebook: https://www.facebook.com/irfach
Twitter: @irfach
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H