Mohon tunggu...
Irra Fachriyanthi
Irra Fachriyanthi Mohon Tunggu... ibu rumah tangga -

Ibu 2 putra dan 1 putri yang tinggal di Doha Qatar bersama suami tercinta. Mantan jurnalis majalah remaja yang masih ingin terus menulis!

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Bonus Demografi Indonesia: Bagai Dua Sisi Mata Uang

21 September 2016   23:57 Diperbarui: 22 September 2016   00:04 131
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Melimpahnya SDM (Sumber Daya Manusia)

SDM secara makro adalah jumlah penduduk usia produktif yang ada di suatu negara. Dengan 70% penduduk berusia produktif, bisa dibayangkan betapa besarnya SDM yang dimiliki Indonesia, tinggal diolah sedemikian rupa sehingga bisa memunculkan potensi-potensi di semua bidang. Bisa membentuk kesebelasan sepakbola yang berlaga di Piala Dunia. Bisa menciptakan atlet-atlet yang menyumbangkan emas di Olimpiade. Bisa melahirkan artis yang wara-wiri di Hollywood, seniman-seniman kelas dunia, ilmuwan-ilmuwan peraih Nobel, pengusaha-pengusaha kelas kakap, para negarawan yang disegani dunia, dan lain-lainnya. 

Meningkatkan Jumlah Diaspora

Bila sekarang jumlah diaspora Indonesia baru 7-8 juta, maka dengan adanya bonus demografi bukan mustahil jumlah ini meningkat tajam dan tersebar di seluruh dunia. Maka bukan mimpi bila nanti di setiap negara kita akan menjumpai "Kampung Indonesia" seperti sekarang kita tahu ada "China Town" dan "Little India". Para diaspora ini adalah agen yang mengharumkan nama Indonesia, beberapa diantaranya meraih kesuksesan taraf internasional. Sebut saja, Sehat Sutardja (CEO Marvell Technology Group), Syamsi Ali (imam besar di masjid New York), Tania Gunadi (artis Hollywood), dan masih banyak yang lainnya.

Kunci dari keberhasilan bonus demografi ini adalah peranan pemerintah dalam menyediakan fasilitas pendidikan, kesehatan, kesempatan dan lapangan kerja, juga kepastian hukum. 

Poin terakhir yang saya sebutkan itu sangatlah penting, jangan sampai kasus dr. Warsito (penemu alat penyembuh kanker otak dan kanker payudara) yang kliniknya ditutup dan dilarang meneruskan risetnya. Atau kasus Dasep Ahmadi, pembuat mobil listrik yang dihukum 7 tahun penjara. Dan yang terbaru kasus pengusaha UMKM makanan bayi, Bebiluck yang dibredel usahanya karena keruwetan mengurus perizinan usahanya. Bila hal ini dibiarkan maka akan menimbulkan trauma dari kreator-kreator anak bangsa untuk berkarya di negara tercinta Indonesia. Sudah menjadi rahasia umum, kalau para profesional Indonesia yang tinggal di luar negeri enggan pulang ke Indonesia karena kurangnya penghargaan dari pemerintah. Seperti Ricky Elson, pelopor mobil listrik di Indonesia yang meninggalkan Jepang namun di Indonesia malah tersia-sia. 

Bila hal-hal di atas tidak terpenuhi, maka bonus demografi hanya akan menjadi masalah sosial dan bencana:

Meningkatnya Pengangguran

SDM yang berlimpah hanya akan menjadi  beban bila pemerintah tidak mampu menyediakan lapangan pekerjaan buat mereka. Apalagi bila SDM itu tidak dibarengi dengan skill, akan bertambah berat beban negara.

Meningkatnya Kejahatan

Susahnya mencari pekerjaan atau semakin ketatnya persaingan kerja akan membuat orang mencari cara instan; penipuan, pencopetan, penjambretan, perampokan, begal akan terjadi di mana-mana. Selain itu beban hidup yang berat akan membuat orang cepat naik darah dan gelap mata, tersinggung sedikit main bacok dan bunuh.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun