Mohon tunggu...
Irene Sugiharto
Irene Sugiharto Mohon Tunggu... Konsultan - Konsultan / Trainer

Konsultan dalam bidang pengembangan kepribadian. Trainer in personality development.

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

Ah, What A Beautiful Journey!

27 Mei 2024   16:10 Diperbarui: 27 Mei 2024   16:10 203
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Wisata. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Such a perfect afternoon, suatu hari, not long ago, just a few weeks ago, setibanya kami di Tbilisi, Georgia. Udara dinginnya memang lumayan mengagetkan, namun rasa rindu angin sepoi-sepoi di masa winter jauh lebih membuat bahagia. Rasanya ingin segera mengabadikan momen ini.

Lelah setelah perjalanan lebih dari 24 jam dari Indonesia, terbayar sudah di sudut kota yang sudah berdiri sejak abad pertengahan ini.

Kali ini memang bukan sekadar perjalanan yang 'jalan-jalan'. Bersama dengan rombongan kecil dari Jakarta, aku menjejakkan kaki di sini untuk berziarah, merenungi kembali iman, catatan batin, sambil menapaki sejarah Kekristenan yang kaya di tempat ini.

Belakangan Georgia, yang berbatasan darat dengan Rusia, lebih sering digambarkan sebagai negara yang tengah didera konflik dan instabilitas.

Padahal, negara ini menyimpan sejarah Kekristenan yang panjang dan kaya. Ini tercermin pada gereja-gereja tua, salib dan patung-patung orang suci yang bertebaran dimana-mana.

Ajaran Kristen sudah diterima di wilayah Georgia sejak abad pertama Masehi. Ini ditandai oleh perjalanan penginjilan Rasul Simon dan Andreas.

Gereja di Georgia bermula sebagai Gereja Antiokhia, lalu dengan berjalannya waktu, namanya berubah menjadi Gereja Ortodoks, atau lebih dikenal sebagai Gereja Georgia Apostolic Otosefalus Ortodoks.

Dalam sejarah panjang selama 2.000-an tahun ini, Georgia tentu saja mengalami pasang surut. Ini antara lain tercermin pada arca penjaga kota Tbilisi.

Patung Mother of Georgia (Kartvlis Deda) di gunung Sololaki menjadi simbol yang sempurna.

Tangan kirinya menggenggam mangkuk anggur, menyimbolkan keramahan bagi orang-orang yang datang dengan niat baik, sedangkan tangan kanannya menghunus pedang, bagi mereka yang datang dengan niat buruk.

Sebagai orang-orang yang datang dengan niat baik, kami tentu saja memanfaatkan kesempatan untuk menikmati anggur Georgia yang rasanya khas. Memang menjadi hobi personal untuk mencicipi anggur dalam setiap perjalanan saya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun