Mohon tunggu...
Irene Maria Nisiho
Irene Maria Nisiho Mohon Tunggu... Administrasi - Ibu rumah tangga

Nenek 6 cucu, hobby berkebun, membaca, menulis dan bercerita.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Aksi Hijau KPKC SD Tarakanita 2 Jakarta di Gereja Santa

24 Juni 2016   21:51 Diperbarui: 24 Juni 2016   22:18 433
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

3. Pralon diiris kira-kira menyerupai busur, jangan garis lurus.

4. Setelah diiris, bagian atas ditekuk ke dalam, sedangkan irisan bagian bawah ditarik kebawah agak ke depan supaya agak menonjol agar tanah dan tanaman bisa tertahan tidak jatuh keluar. Bayangkan saja seperti bibir bawah kita yang ditonjolkan keluar. Hehe… ini hanya imajinasi saya, lho.

Peragaan pembuatan wadah ini dilakukan oleh guru-guru pembina.

Peragaan pembuatan pipa pralon untuk wadah tanam
Peragaan pembuatan pipa pralon untuk wadah tanam
 

Aksi mereka bukan terbatas di sekolah saja. Mereka sudah menjalin hubungan dengan masyarakat sekitar menyangkut kepedulian terhadap lingkungan hidup, termasuk pemilahan dan pengolahan sampah sampai menjadi kompos.

KPKC Tarakanita 2 telah menjalin hubungan dengan Kelurahan setempat dan sempat menghadiahkan tabung pengolahan kompos kepada RW yang mengikuti pelatihan.

Semoga komposter itu sudah berdaya guna, di RW-RW tersebut, ya.

Nanti apabila saya sudah ikut pelatihan, saya akan bercerita lebih banyak tentang seluk beluk pembuatan kompos. Sementara ini, info yang saya dapat baru terbatas pada hal bahwa sampah organik yang dimasukkan ke tabung komposter itu akan menghasilkan pupuk cair yang otomatis mengendap ke bawah karena tabung itu dilengkapi saringan di bagian bawah dan ada kran untuk mengalirkan pupuk cair keluar dari tabung.

Selain tugas memasukkan sampah organik, seminggu sekali sampah itu harus disemprot dengan suatu zat cair. Lanjutannya nanti ya kalau saya sudah belajar.

Ah...ha! Saya jadi tambah ilmu. Selama ini, saya hanya mengonggokkan sampah-sampah daun dan menunggu sampai lapuk atau saya tanam disekeliling pohon. Adapun sampah dapur saya, tempatnya di lubang biopori.

Saya sih, bukannya tidak pernah mendengar hal pembuatan kompos, tapi saya kira ribet, jadi ngapain repot.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun