Mohon tunggu...
Irene Maria Nisiho
Irene Maria Nisiho Mohon Tunggu... Administrasi - Ibu rumah tangga

Nenek 6 cucu, hobby berkebun, membaca, menulis dan bercerita.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Aksi Hijau KPKC SD Tarakanita 2 Jakarta di Gereja Santa

24 Juni 2016   21:51 Diperbarui: 24 Juni 2016   22:18 433
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
KPKC SD Tarakanita 2 Kebayoran Blok Q Jakarta

 

Hari itu Minggu, tanggal 12 Juni 2016, seperti biasa kami ke gereja untuk bersama-sama umat yang lain akan merayakan Perayaan Ekaristi.

Ketika kami menginjakkan kaki di selasar gereja, tampak pemandangan yang lain dari biasa. Kanan kiri selasar gereja terpajang tanaman-tanaman hijau yang sangat menyejukkan mata. Tanaman itu tersusun vertikal ke atas.

Oh, rupanya KPKC SD Tarakanita 2 Tendean Kebayoran Baru Jakarta yang lokasi sekolahnya masih dalam lingkup Paroki Santa Perawan Maria Ratu, yang lebih dikenal sebagai Gereja Santa, yang punya acara.

Katanya, KPKC adalah singkatan dari Keadilan Perdamaian Keutuhan Ciptaan.

Apa perjuangani KPKC, saya tidak mendengar penjelasannya, jadi saya mencoba menafsirkannya sebagai berikut:

Keadilan, berusaha menyadarkan manusia sebagai ciptaan tertinggi untuk menegakkan keadilan dengan penyadaran akan kewajiban dan hak, sesama makhluk ciptaan. Berjuang menyelaraskan kehidupan antara manusia dengan penghuni alam dan dengan alam itu sendiri. Dengan demikian akan tercapai keadilan.

Perdamaian, jika sudah tercapai keadilan, pasti perdamaian juga ada di situ.

Keutuhan ciptaan. Apabila sudah ada keadilan dan perdamaian, maka keutuhan ciptaan pasti terjadi juga. Hidup rukun harmonis antara sesama, bukan saja antara sesama manusia tapi dengan semua ciptaan, fauna, flora, air, udara dan alam ciptaan seutuhnya. Saling menjaga, hidup adil, damai sebagai saudara.

Mohon maaf bila penafsiran ini kurang tepat. Saya berharap anda yang berkenan membaca tulisan ini, bersedia menyempurnakan dan sekalian melaksanakannya. Oke?

Wow...keren, ya?!

Anak sekecil itu sudah terlibat dalam gerakan penyelamatan bumi dan seisi alam raya.

Dipamerkan contoh-contoh tanaman hias beserta wadah tanamnya yang vertikal ke atas, juga tabung-tabung pengolahan sampah (komposter) dan segala kebutuhan yang berhubungan dengan pengolahan sampah menjadi kompos.

Mereka juga menawarkan pelatihan membuat kompos dan vertikultur. Gratis.

Apa itu vertikultur?

Vertikultur adalah,

“Budidaya menanam yang hemat air, hemat energi dan murah meriah, sekaligus menanam pohon/sayuran dengan lahan sempit.”

Tanaman disusun vertikal memanfaatkan botol plastik bekas kemasan air minum
Tanaman disusun vertikal memanfaatkan botol plastik bekas kemasan air minum
Saya sempat mengamati cara membuat wadah tanam yang vertikal.

Mereka memanfaatkan pipa pralon ukuran panjang, kira-kira delapan puluh centimeter dengan diameter sepuluh centimeter. Mengenai ukuran pipa pralon saya rasa fleksibel saja, sesuai kebutuhan atau sesuai ukuran limbah pipa pralon yang tersedia.

Caranya begini,

1. Pipa pralon di tandai bagian-bagian yang mau dilubangi. Pengaturan lubang sebaiknya disesuaikan dengan jenis tanaman yang akan ditanam di situ.

2. Pralon dibakar/dipanaskan pada tempat yang sudah ditandai, supaya mudah di iris dan dibentuk untuk membuat lubang tanam

3. Pralon diiris kira-kira menyerupai busur, jangan garis lurus.

4. Setelah diiris, bagian atas ditekuk ke dalam, sedangkan irisan bagian bawah ditarik kebawah agak ke depan supaya agak menonjol agar tanah dan tanaman bisa tertahan tidak jatuh keluar. Bayangkan saja seperti bibir bawah kita yang ditonjolkan keluar. Hehe… ini hanya imajinasi saya, lho.

Peragaan pembuatan wadah ini dilakukan oleh guru-guru pembina.

Peragaan pembuatan pipa pralon untuk wadah tanam
Peragaan pembuatan pipa pralon untuk wadah tanam
 

Aksi mereka bukan terbatas di sekolah saja. Mereka sudah menjalin hubungan dengan masyarakat sekitar menyangkut kepedulian terhadap lingkungan hidup, termasuk pemilahan dan pengolahan sampah sampai menjadi kompos.

KPKC Tarakanita 2 telah menjalin hubungan dengan Kelurahan setempat dan sempat menghadiahkan tabung pengolahan kompos kepada RW yang mengikuti pelatihan.

Semoga komposter itu sudah berdaya guna, di RW-RW tersebut, ya.

Nanti apabila saya sudah ikut pelatihan, saya akan bercerita lebih banyak tentang seluk beluk pembuatan kompos. Sementara ini, info yang saya dapat baru terbatas pada hal bahwa sampah organik yang dimasukkan ke tabung komposter itu akan menghasilkan pupuk cair yang otomatis mengendap ke bawah karena tabung itu dilengkapi saringan di bagian bawah dan ada kran untuk mengalirkan pupuk cair keluar dari tabung.

Selain tugas memasukkan sampah organik, seminggu sekali sampah itu harus disemprot dengan suatu zat cair. Lanjutannya nanti ya kalau saya sudah belajar.

Ah...ha! Saya jadi tambah ilmu. Selama ini, saya hanya mengonggokkan sampah-sampah daun dan menunggu sampai lapuk atau saya tanam disekeliling pohon. Adapun sampah dapur saya, tempatnya di lubang biopori.

Saya sih, bukannya tidak pernah mendengar hal pembuatan kompos, tapi saya kira ribet, jadi ngapain repot.

Sebetulnya masih banyak yang ingin saya tanyakan, namun karena parkir mobil kami di parkiran gereja menghalangi mobil yang lain, jadi terpaksa buru-buru harus angkat kaki.

Saya sedikit penasaran, mengapa tidak terlihat siswa perempuan. Mungkin karena sekolah sudah libur, jadi KPKC tidak turun dalam formasi lengkap.

Ah, iya. Acara ini bisa lebih heboh seandainya ada pengeras suara, sehingga bisa menarik lebih banyak umat untuk menyimak.

Kisah ini saya angkat, walau tidak banyak yang saya sajikan, sebagai bentuk apresiasi saya kepada kelompok ini, terutama kepada adik-adik kecil yang sudah sejak dini terlibat dalam gerakan mulia ini.

KPKC cilik di depan vertikultur pralon
KPKC cilik di depan vertikultur pralon
 

Semoga kegiatan kelompok KPKC ini dapat menginspirasi banyak orang yang mungkin selama ini kurang peduli terhadap Keadilan Perdamaian dan Keutuhan Ciptaan.

Terima kasih kepada penggagas KPKC dan para pelaku. Teruslah berjuang dan pantang menyerah.

Mari, kita hidup saling mengasihi, saling menghargai dan saling melindungi sebagai sesama saudara, demi keutuhan ciptaan!

img-20160619-wa0005-576d48855a7b6109050346d9.jpg
img-20160619-wa0005-576d48855a7b6109050346d9.jpg
Salam lestari!

(foto: Koleksi Pribadi)

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun