Opini memang renyah, serenyah kerupuk kulit teman setia gado-gado, namun akan semakin renyah ketika sebelumnya terlebih dahulu kita memilah dan memilih, kita hanya berupaya memilih yang paling renyah diantara yang renyah, persoalan upaya optimal yang telah kita lakukan untuk mencari yang terenyah namun yang didapat tidak begitu renyah adalah kuasa Yang Maha Memberikan Kerenyahan.
Sama halnya dengan setiap kita berhakmenjadi benar, bahkan dianjurkan untuk berlomba-lomba dalam kebenaran, persoalan apakah benar menurut kita adalah benar menurut Tuhan, adalah milik-Nya, karena sekuat apapun nalar menjangkau kebenaran, tetap kebenaran mutlak hanya milik-Nya, kita hanya berusaha untuk mengeliminasi gejala-gejala buruk yang akan menjauhkan kita dari kebenaran, menjadi benar dengan mengkristalkan potensi lahiriah menjadi ucap dan sikap atau tindakan nampaknya menjadi acuan metode yang paling sederhana untuk menilai apakah benar yang menjadi persepsi atas fenomena yang terjadi? Jika tidak maka akan menjadi justifikasi yangsangat menzolimi ketika persepsi yang berujung pada opini tersebut bukan keluar dari jiwa tenang yang selalu mengupayakan kesesuaian antara kata dan perbuatan. Oleh karena itu segala upaya hendaknya selalu diniatkan untuk perbaikan dan kebaikan, dan untuk kebenaran bukan pembenaran.
Semoga Allah SWT selalu membimbing kitadalam menjalani hidup yang fana ini, menjaga setiap potensi lahiriah dan memaksimalkannya pada kerja-kerja kemanusiaan serta menjadikan kita manusia seutuhnya guna mengabdikan diri pada kebenaran dan keridhoan. Amin Ya Robbal Alamin.
Penulis adalah Ketua HMI KOMFUF Cab. Ciputat Periode 2009-2010, Pendiri HMI KOMFISIP Cabang Ciputat, Pengurus HMI Cabang Ciputat Bidang Pembinaan Anggota Periode 2011-2012. LSM KRITIS 2014, Bidang Pendidikan dan Kebudayaan PB HMI 2013-2015
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H