Mohon tunggu...
Irawaty Silalahi
Irawaty Silalahi Mohon Tunggu... Lainnya - Cerita yang semoga menginspirasi mereka yang membaca.

Suka bercerita dan menulis.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Petualangan Puput Pesut di Darat

13 Desember 2020   19:47 Diperbarui: 13 Desember 2020   19:51 201
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ternyata itu adalah teman-teman darat. Pipit melihat Caca cacing dengan rok putih panjangnya yang telah rusak karena harus berjalan cepat-cepat. Bangi bangau yang sudah tidak memakai topi hitam tingginya, Wawa simpanse yang menopang Puput di punggungnya, karena badannya yang paling besar di antara teman-teman darat. Labi lebah mendengung memandu mereka menuju Sungai Mahakam, dan Cika ayam yang berlari di belakang mereka mengejar dengan gaun merah yang sudah compang-camping karena lari secepat yang dia bisa, supaya tidak ketinggalan rombongan mengantar Puput pulang ke sungai.

Begitu mereka sampai di tepi Sungai Mahakam, mereka langsung menceburkan Puput ke sungai.

Byuuurrrr ... !!

Pipit langsung menghampiri Puput sepupunya yang malang.

Semenit, dua menit, tiga menit, mereka berharap Puput pulih kembali. Dengan hati cemas mereka menunggu Puput sadarkan diri.

"Mmmmhh ... " Puput lirih bergumam sambil mencoba membuka matanya. Samar-samar dia melihat bayangan seperti Pipit sepupunya di depan dan warna lumpur sekelilingnya yang begitu dikenalnya. Perlahan, gata di sekujur tubuhnya menghilang dan dia berangsur mendapatkan kekuatan tubuhnya.

"Puput!" panggil semua teman darat dan Pipit berbarengan. Mereka lega sekali melihat Puput yang telah sadar dari pingsannya.

Puput sangat berterima kasih atas pertolongan teman-teman daratnya yang telah bersusah-payah menggotong dirinya yang sudah jauh meninggalkan Sungai Mahakam. Pipit pun demikian. Ia bersyukur Puput banyak dikelilingi teman baik di darat yang dengan rela hati membantu sepupunya.

Puput pesut ingin sekali tinggal di daratan yang penuh warna, karena ia jenuh dengan kehidupan di sungai yang keruh. Namun kini, Puput pesut menyadari, bahwa tempat terbaik adalah rumahnya, di sungai Mahakam,  bersama dengan keluarganya.

Dalam hati Puput berujar kepada dirinya sendiri, "Apalah artinya warna-warni di daratan, apabila kemudian berganti menjadi gelap-gulita, karena memang tempat terbaikku adalah di Sungai Mahakam, toh aku masih bisa sesekali melihat daratan ketika melompat muncul ke permukaan air, untuk bernapas"

Sejak saat itu, Puput tidak pernah punya keinginan meninggalkan tempat tinggalnya, namun demikian persahabatannya dengan Caca cacing, Cika ayam, Bangi bangau, dan Wawa simpanse tetap terjalin selamanya.  Puput masih mengunjungi mereka sesekali tidak lebih dari sepuluh menit.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun