another hand writing in the past
Manusia itu tempat salah dan dosa
Tapi kalau salah terus itu mah disengaja
( Bang Haji Rhoma Irama )
Rhoma Irama? Siapa dia? Pangeran Ndangdut ih nggak banggets dueeehh…. Wkwkwkwk.Mungkin itu yang ada di benak seseorang ketika saya menyebutkan “fatwa” nya. Rhoma Irama memang terkenal kurang baik di mata sebagian masyarakat, tetapi sebagian yang lain menganggapnya sebagai pahlawan ndangdut. Teman saya pernah berkata,”Jangan melihat siapa yang mengatakan apa. Siapapun dia, penjahat maupun lakon, jika yang dikatakan baik maka perlu kamu dengarkan”. Aha… baiklah teman.
Kecanduan. Setiap orang pasti pernah merasakan kecanduan. Apalah yang dijadikan hal untuk selalu dilakukan. Kalau tidak, rasanya belum lengkap hidup sehari dijalani. Kecanduan yang negatif tentu saja berakibat berat bagi seseorang. Kecanduan sering dihubungkan dengan hal negatif. Kecanduan obat-obatan (drugs) misalnya. Kecanduan alkohol juga merupakan bagian dari kecanduan negatif. Contoh-contoh tersebut sangatlah berbahaya karena akibatnya fatal. Kerusakan organ tubuh atau bahkan kematian bisa merupakan “panen” yang mungkin di unduh setiap saat.
Facebook merupakan fenomena jejaring sosial yang sangat santer. Setelah Friendster yang sekarang dianggap kurang menarik, facebook menjadi pengganti yang mungkin akan bertahan lama. Tampilannya yang menarik dengan kemungkinan untuk menambah teman online sebanyak mungkin, game online yang menarik, fasilias chat langsung… hmm… siapa yang tidak suka? Para remaja ABG, Orang tua, anak-anak berlomba-lomba untuk mengemukakan jati diri nya di Facebook. Kata kata seperti “lebay” atau “alay” menjadi sangat populer di kalangan anak muda.
Pak, facebook itu berbahaya? Ya? Ada yang sampai diculik gara-gara facebook. Ada seorang anak bertanya. Wah bagaimana ini menjawabnya? Pada dasarnya internet secara umum maupun facebook secara khusus mempunyai sisi yang berlawanan baik dan buruk. Mengapa MUI sempat melarang facebook? Pertama mendengar hal seperti ini, saya langsung menganggap MUI tidak masuk akal dan mengada-ada. Tetapi setelah di telaah, mungkin MUI ada benarnya. Kita coba untuk mengerti apa yang ada di benak MUI. Facebook dan internet bagaikan pisau, ketika kita menggunakannya untuk memasak, hasilnya sangat positif. Tetapi pisau ini bisa juga digunakan untuk membunuh orang. Penggunaan secara bijaksana atas facebook/internet bisa menghasilkan efek yang positif.
Orang Indonesia cenderung kagetan dan “gumunan”. Ketika mengenal facebook dan internet, pasti akan menjadi kecanduan. Wah, keren sekali cewek ini.. aku bisa kenal dia lewat facebook. Wah, kapan ya bisa ketemu dia? Hehehe… hayalan seperti ini sangat lazim tercipta karena facebook. Dengan facebook pun kita bisa kembali ketemu dengan teman yang sudah lama tidak pernah ketemu, facebook, connecting people ( eh, seharusnya ini iklan handphone ya? Hehehe.. maap :D ).
Ada beberapa poin yang perlu diperhatikan dalam menggunakan facebook secara aman. Salah satunya adalah, bagi perempuan, seharusnya tidak memamerkan foto yang bisa mengundang “penjahat” apalagi ditambah dengan nomer Hp yang bisa di hubungi… ini sama saja dengan berkata, hey para penjahat… godain gue dooong?
Kalau saya sebagai laki-laki sih .. fine fine aaja liat foto-foto cewek gt.. wkwkwk.. tetapi, bagi cewek mungkin harus pikir-pikir berapa kali untuk berani meng-Upload foto yang sexy. ( by the way, kalimatnya kok jadi lebay alay geeene ya? Cpk deh.. :D ).
Kembali ke bahasan tadi..Where was I ? Oh, yes.. kecanduan..
Setiap orang pasti pernah salah, setiap orang pasti pernah benar. Setiap orang pasti pernah berbuat baik, atau jelek. Bagaimana rasanya? Enak? Atau bagaimana? Tentunya setiap pribadi merasakan perasaan yang berbeda-beda. Pada dasarnya perasaan itu secara garis besar sama.
Ketika kita melakukan suatu hal yang baik, bermanfaat bagi orang lain, tentunya kita merasa senang dan bahagia. Menolong seseorang yang buta untuk menyeberang jalan misalnya. Hm… budiman sekali. Sebenarnya Tuhan memberi kita batasan dan petunjuk yang sangatlah mudah untuk di cerna. Kebaikan akan membawa perasaan nyaman, aman, damai, bahagia dan semua perasaan positif lainnya. Sedangkan berbuat keburukan akan membawa perasaan tidak enak, was-was, tidak nyaman, stres dan sebagainya. Beribadah dan berdoa, jelas membuat hidup kita lebih baik. Tetapi, mengapa kita masih malas? Mengapa kita selalu menunda-nunda untuk beribadah? (*untuk diketahui; saya juga sering menunda-nunda ibadah, kenapa ya?). Sudah tahu korupsi itu berdosa, mengapa banyak orang korupsi untuk menumpuk harta pribadi? Sudah tahu belajar membuat kita tahu dan pintar, tetapi mengapa kita malas dan jarang belajar?
Keadaan, kenyataan sudahlah sangat jelas. Baik = baik, Jelek=jelek. Tetapi pertanyaannya adalah, mengapa kita selalu ingin mengerjakan sesuatu yang kurang baik/kurang bermanfaat? Pertanyaan seperti ini selalu menghantui pikiran dan perasaan. Mengapa?
Sebenarnya kecenderungan manusia adalah belajar, bersosialisasi dan berbuat baik. Pasti pada suatu moment tertentu sifat baik tetap menghantui pikiran dan hati.
Mungkin kita harus merasakan sesuatu dengan lebih saksama dan menambah lagi daya ingat. Ketika kita melakukan suatu hal buruk, apakah kita merasa nyaman? Ketika kita melakukan hal yang baik, apakah kita merasa senang? Misalkan kita mengendarai sepeda motor tanpa memakai helm, apakah ada rasa was-was? Takut ketangkap polisi? Ketika kita memacu sepeda motor dengan kecepatan tinggi pada malam hari dengan lampu mati, apakah ini baik atau tidak?
Sesungguhnya nurani kita selalu memperingatkan kita akan hal-hal yang tidak baik. Dia selalu berkata, “ Jangan lakukan itu, tidak baik, konsekuensi yang kau dapatkan akan merugikanmu..” dst, dst…Tetapi apa yang terjadi jika kita sering men “cueki” nya? Peringatan nurani itu akan lambat laun tidak terdengar. Peringatan selanjutnya, adalah peringatan yang tidak kita harapkan. Kerugian secara fisik! ( semoga jangan sampai ini terjadi ).Ketika malas belajar, nurani kita mengatakan, belajarlah… besok ada ulangan, Lulusan nanti sangat berat. Apa yang terjadi jika kita cuek? Pada saat ulangan, badan berkeringat dingin, tidak bisa mengerjakan sama sekali… lalu muncul pikiran, seandainya tadi malam belajar, seandainya dulu-dulu rajin. Aaahh.. sekarang bagaimana? Ok, sebelahku pintar, nyontek ah… sekali lagi, ada bisikan, jangan .. itu salah, cuek lagi? Satu dua kali aman, tapi saat ada guru memergoki, di hukum, ulangan nilainya NOL, remidi. Bagaimana jika tidak pernah ketahuan mencontek? Aman kan? Salah!! Tidak akan aman … selama kerjaan menyontek ini di budi daya kan, murid tidak akan pernah bisa mengerti pelajaran yang bersangkutan. ( lebih parah lagi jika merasa pintar karena nilainya tinggi, padahal hasil menyontek! ).
Secara psikologis menyontek membawa dampak buruk bagi pelaku. Sikap independen dan berani berusaha atas kemampuan diri sendiri lambat laun terkikis habis. Rasa percaya diri untuk menyelesaikan masalah hidup menjadi lemah. Hasil ini kah yang ingin kita capai?
Marilah kita sejenak mengingat kembali perbuatan baik apa yang telah kita lakukan. Apa akibatnya? Apakah kita membuat senang/bahagia orang lain? Apakah kita bahagia dengan perbuatan itu? Jawabannya dimanapun anda berada pasti “Iya”. Perbuatan baik itu sesungguhnya merupakan candu. Perasaan bahagia itu menentramkan hati kita. Bukankah itu yang kita cari? Selesai berdoa apa yang kita dapat? Perasaan tenang?
Perbuatan baik adalah candu terbaik yang di anugerahkan kepada kita oleh Tuhan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H