Mohon tunggu...
Irawan The Man
Irawan The Man Mohon Tunggu... -

ordinary

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Kecanduan!!

28 Desember 2010   07:04 Diperbarui: 26 Juni 2015   10:18 111
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kembali ke bahasan tadi..Where was I ? Oh, yes.. kecanduan..

Setiap orang pasti pernah salah, setiap orang pasti pernah benar. Setiap orang pasti pernah berbuat baik, atau jelek. Bagaimana rasanya? Enak? Atau bagaimana? Tentunya setiap pribadi merasakan perasaan yang berbeda-beda. Pada dasarnya perasaan itu secara garis besar sama.

Ketika kita melakukan suatu hal yang baik, bermanfaat bagi orang lain, tentunya kita merasa senang dan bahagia. Menolong seseorang yang buta untuk menyeberang jalan misalnya. Hm… budiman sekali. Sebenarnya Tuhan memberi kita batasan dan petunjuk yang sangatlah mudah untuk di cerna. Kebaikan akan membawa perasaan nyaman, aman, damai, bahagia dan semua perasaan positif lainnya. Sedangkan berbuat keburukan akan membawa perasaan tidak enak, was-was, tidak nyaman, stres dan sebagainya. Beribadah dan berdoa, jelas membuat hidup kita lebih baik. Tetapi, mengapa kita masih malas? Mengapa kita selalu menunda-nunda untuk beribadah? (*untuk diketahui; saya juga sering menunda-nunda ibadah, kenapa ya?). Sudah tahu korupsi itu berdosa, mengapa banyak orang korupsi untuk menumpuk harta pribadi? Sudah tahu belajar membuat kita tahu dan pintar, tetapi mengapa kita malas dan jarang belajar?

Keadaan, kenyataan sudahlah sangat jelas. Baik = baik, Jelek=jelek. Tetapi pertanyaannya adalah, mengapa kita selalu ingin mengerjakan sesuatu yang kurang baik/kurang bermanfaat? Pertanyaan seperti ini selalu menghantui pikiran dan perasaan. Mengapa?

Sebenarnya kecenderungan manusia adalah belajar, bersosialisasi dan berbuat baik. Pasti pada suatu moment tertentu sifat baik tetap menghantui pikiran dan hati.

Mungkin kita harus merasakan sesuatu dengan lebih saksama dan menambah lagi daya ingat. Ketika kita melakukan suatu hal buruk, apakah kita merasa nyaman? Ketika kita melakukan hal yang baik, apakah kita merasa senang? Misalkan kita mengendarai sepeda motor tanpa memakai helm, apakah ada rasa was-was? Takut ketangkap polisi? Ketika kita memacu sepeda motor dengan kecepatan tinggi pada malam hari dengan lampu mati, apakah ini baik atau tidak?

Sesungguhnya nurani kita selalu memperingatkan kita akan hal-hal yang tidak baik. Dia selalu berkata, “ Jangan lakukan itu, tidak baik, konsekuensi yang kau dapatkan akan merugikanmu..” dst, dst…Tetapi apa yang terjadi jika kita sering men “cueki” nya? Peringatan nurani itu akan lambat laun tidak terdengar. Peringatan selanjutnya, adalah peringatan yang tidak kita harapkan. Kerugian secara fisik! ( semoga jangan sampai ini terjadi ).Ketika malas belajar, nurani kita mengatakan, belajarlah… besok ada ulangan, Lulusan nanti sangat berat. Apa yang terjadi jika kita cuek? Pada saat ulangan, badan berkeringat dingin, tidak bisa mengerjakan sama sekali… lalu muncul pikiran, seandainya tadi malam belajar, seandainya dulu-dulu rajin. Aaahh.. sekarang bagaimana?  Ok, sebelahku pintar, nyontek ah… sekali lagi, ada bisikan, jangan .. itu salah, cuek lagi? Satu dua kali aman, tapi saat ada guru memergoki, di hukum, ulangan nilainya NOL, remidi. Bagaimana jika tidak pernah ketahuan mencontek? Aman kan? Salah!! Tidak akan aman … selama kerjaan menyontek ini di budi daya kan, murid tidak akan pernah bisa mengerti pelajaran yang bersangkutan. ( lebih parah lagi jika merasa pintar karena nilainya tinggi, padahal hasil menyontek! ).

Secara psikologis menyontek membawa dampak buruk bagi pelaku. Sikap independen dan berani berusaha atas kemampuan diri sendiri lambat laun terkikis habis. Rasa percaya diri untuk menyelesaikan masalah hidup menjadi lemah. Hasil ini kah yang ingin kita capai?

Marilah kita sejenak mengingat kembali perbuatan baik apa yang telah kita lakukan. Apa akibatnya? Apakah kita membuat senang/bahagia orang lain? Apakah kita bahagia dengan perbuatan itu? Jawabannya dimanapun anda berada pasti “Iya”. Perbuatan baik itu sesungguhnya merupakan candu. Perasaan bahagia itu menentramkan hati kita. Bukankah itu yang kita cari? Selesai berdoa apa yang kita dapat? Perasaan tenang?

Perbuatan baik adalah candu terbaik yang di anugerahkan kepada kita oleh Tuhan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun