Sayapun jadi tertawa sendiri. Lucu juga yang saya lakukan ini. Sampai hari ini pekerjaan menulis, khususnya puisi belum pernah ada apresiasi berupa pemberian sejumlah uang sebagai bayaran. Yang ada adalah ajakan tampil amal. Bahkan yang giat amal pun, ada pihak tertentu yang sebenarnya paham saya ini penyair, malah tidak mengajak saya gabung.
Saya tidak mabuk terkenal dan atau pasang tarif agar dihargai. Saya memang kurang totalitas di dunia sastra. Maklum, jika saya kelewat idealis, anak saya dikasih makan apa ? Jadi saya realistis saja. Saya punya keluarga yang harus dihidupi. Jadi saya harus bekerja dibidang lain yang tak ada hubungannya dengan sastra. Dan dalam forum diskusi Mblarah dengan berbagai elemen ini, akhirnya saya bertemu dengan banyak orang dengan berbagai profesi. Penyair dan seniman ternyata punya nasib yang sama. Yaitu sama sama Mblarah, ndendeng, nekad, Ndablek, memel dan idealis. Didunia seniman, ada fenomena nekad saja menggelar event. Habis acara, untuk sewa panggung, sewa sound, dan aneka macam kewajiban bayar, ternyata belum bisa terbayarkan. Jadinya punya hutang. Saya tidak bermaksud menyinggung pihak tertentu, dari inovasi yang sudah saya buat dibelakang hari, saya juga mengalami sendiri. Inilah pengalaman unik. Dan ternyata bukan saya sendiri yang Mblarah. Bahkan banyak artis terkenal di TV, saat surut mereka juga hidup memprihatinkan.
Kesimpulannya, tetap semangat saudara saudaraku seniman, budayawan dan Penyair. Mari terus berjuang karena yakin Rejeki tidak akan salah alamat. Dan siapa menanam, akan memetik buahnya. Siapa akan menolong dirimu, jika engkau tidak mau memperjuangkannya sendiri ?
Anda percaya ?
De Huize Mblarah, 2 Januari 2025
Ditulis untuk Seri Diskusi Mblarah 17.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H