Mohon tunggu...
Eko Irawan
Eko Irawan Mohon Tunggu... Sejarawan - Pegiat Sejarah, Sastra, Budaya dan Literasi

Ayo Nulis untuk Abadikan Kisah, Berbagi Inspirasi dan Menembus Batas

Selanjutnya

Tutup

Hobby Pilihan

Meraih Licentia Poetica, Permata Idaman Para Penulis

26 September 2022   23:47 Diperbarui: 26 September 2022   23:51 294
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Meraih Licentia Poetica, Permata Idaman Para Penulis

Masih takut menulis? Belum menulis sudah was was? Ada pikiran, Jangan jangan begitu, jangan jangan begini. Akhirnya ragu ragu. Ide brilian tidak jadi ditulis. 

Padahal ide yang menurut kamu biasa saja, Dimata orang lain itu luar biasa. Karena kurang percaya diri, Kadang sebelum tulisan tayang, minta dikoreksi oleh mentor yang dianggap mumpuni. 

Sampai kapan begitu? Ilmu yang kita miliki adalah permata dan akan sangat berguna jika hal tersebut jadi inspirasi banyak orang. Dan akan lebih bermakna jika hal tersebut kamu tulis. 

Sehebat apapun memori otak kita, jika tak ditulis sekarang, besok sudah lupa. Ingatnya jika tema tersebut ditulis orang lain, ternyata baru sadar. Lupa itu manusiawi.

Licentia Poetica, adalah bahasa latin yang bermakna kebebasan Pengarang dalam mengekpresikan kemampuan menulisnya. 

Sudahkah kebebasan menulis kita miliki? Jika belum, permata berharga itu hanya utopia belaka. Nunggu sempurnakah? Sampai kapan? Siapa akan mengapresiasi maha karya kita jika tulisan masterpiece kita takut diperlihatkan dan hanya disimpan rapi dalam brankas di loteng. Berikut ulasan  
Meraih Licentia Poetica, Permata Idaman Para Penulis, semoga menginspirasi.

Licentia Poetica itu Berani Eksplorasi diri

Penjara diri bagai Katak dalam tempurung adalah sikap kita yang mengurung diri dalam batas ketidakmampuan yang kita ciptakan sendiri. 

Membatasi pergaulan, miskin teman baru, tak pernah tahu ada apa di kampung sebelah, bahkan siapa nama tetangga sebelah rumah saja tidak tahu, apalagi kenal. 

Membaca buku dan mencari ilmu baru tak pernah dilakukan, sehingga otak kita isinya hanya rutinitas bangun tidur, makan dan tidur lagi. Berulang ulang dilakukan hingga hidup monoton tanpa tahu dunia luar.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun