Jurnal Refleksi Dwi Mingguan modul 1.1
Nama CGP ANgkatan 7: Irawan Setiya Widodo
Nama Fasilitator: Muara Suprapti
Nama Pengajar Praktik: Iva Mumtazia
Jurnal refleksi Dwi Mingguan adalah sebuah catatan jurnal dari CGP yang wajib ditulis oleh CGP setiap 2 minggu untuk merefleksikan kegiatan yang telah dialamai selama 2 minggu pembelajaran dari guru penggerak. Jadi kalai ini saya akan mencoba menuliskan refleksi kegiatan latihan selama 2 minggu ini khususnya dari modul 1.1 tentang filosofi Ki Hajar Dewantara. Dalam hal ini saya akan menggunakan metode 4F yang diprakrsai oleh Dr. Roger Greenway yang mencakup 4 F yaitu Facts, Feelings, Finding dan Future.
Â
 Fact (Fakta)
Alhamdulillahirabbil 'aalamiin  saya ucapkan terimakasih kepada Allah SWT karena atas karunia-Nya dinyatakan lolos untuk mengikuti Pendidikan Guru Penggerak Angkatan 7. Pada tanggal 20 Oktober 2022 CGP Angkatan 7 resmi dibuka oleh Kemendikbudristek yaitu Bapak Nadiem Makarim,B.A.,M.B.A. dan Dirjen GTK melalui zoom yang diikuti CGP Angkatan 7 se Indonesia.
Setelah mengikuti kegiatan zoom tersebut kami diundang untuk kegiatan orientasi Lokakarya yang di selenggarakan di SMAN 1 Nganjuk pada tanggal 23 Oktober 2022 yang dihadiri oleh bapak kepala Dinas Pendidikan Kab. Nganjuk beserta staf jajarannya serta Kepala Sekolah dari CGP tersebut. Kegiatan ini berlangsung dari pukul 08.00-16.00 wib. Kegiatan tersebut menjelaskan secara umum bagaimana nanti kegiatan pembelaran akan berlangsung. Intinya pengumpulan tugas jangan sampai terlambat dan menunda-nunda tugas.
Saya masuk di kelas 84 yang di fasilitatori oleh Ibu Muara Suprapti,M.Pd dan Guru Praktik Ibu Iva Mumtazia.
Dalam orientasi lokakarya tersebut kami berfokus pada mengerjakan 5 LK dan mendiskusikannya untuk berbagi informasi dan pengalaman. Dengan bimbingan Ibu Iva Mumtazia  selaku Pengajar Praktik saya merasa lokakarya orientasi ini menjadi sangat menyenangkan sehingga waktu yang cukup lama tersebut menjadi tidak terasa. Kegiatan dimulai dengan membuat kesepakatan kelas, kemudian mempresentasikan harapan menjadi CGP melalui modle. Beliau juga meminta kami membuat google site sebagai wadah guru penggerak yang nantinya siap berbagi praktik baik bagi guru-guru yang lain.
Pada tanggal 2 November 2022 dilaksanakan kegiatan elaborasi bersama instruktur Ibu Nelis Dian Dahliani, S.Pd., MM, instruktur memberikan pemahaman materi tentang pemikiran KHD yang berkonteks sosial budaya yang ada di daerah kami, Kab. Nganjuk.
Kami dianjurkan untuk membuat blog jurnal, artikel yang berkaitan dengan pemikiran KHD.
2. Feeling ( Perasaan)
Selama kurang lebih dua minggu  menjadi CGP, banyak sekali hal yang  dirasakan. senang, sedih, down, bahagia, semua bercampur aduk dengan keinginan dan tekad yang kuat untuk dapat menyelesaikan Program Guru Penggerak ini. Keseluruhan perasaan tersebut saya ibaratkan juga dengan apa yang dialami oleh murid-murid saya.
Banyak ilmu Pengetahuan  yang saya dapatkan selama menjalani proses ini, bagaimana menjadi guru yang seharusnya, bagaimana memerdekakan anak, upaya apa yang harus dilakukan, dll. Keseluruhan rangkaian yang ada di dalam LMS membuat saya merasakan bahwa apa yang saya miliki tentang Pendidikan sangat jauh dari yang diharapkan dengan tujuan Ki Hajar Dewantara.
Betapa harus dicontohnya  sosok Ki Hajar Dewantara yang mengatakan bahwa kita harus memanusiakan manusia, sehingga murid dapat mencapai kodrat alam, namun juga tetap selalu membuka mata untuk setiap hal positif di luaran sana (kodrat zaman) sehingga anak didik kita dapat merasakan kebahagiaan dan keselamatan sejati.
3. Findings ( Pembelajaran)
Dalam pembelajaran ini saya menemukan hal-hal yang kurang saya pahami sebelumnya yaitu tentang filosofis Ki Hajar Dewantara. Saya mendapat ilmu-ilmu baru yang sangat saya perlukan untuk meningkatkan kompetensi saya sebagai seorang pendidik. Melalaui 6 Dasar pemikiran ki hajar Dewantara saya merasa mendapat bekal yang tidak ternilai harganya.
Sebagai seorang pendidik saya harus menuntun segala kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak, agar mereka dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya baik sebagai manusia maupun anggota masyarakat dengan mengacu pada trilogi pendidikan yaitu ing ngarso sung tulodo, ing madya mangun karso dan tut wuri handayani.
Bahwa anak memiliki kodrat merdeka, merdeka batin adalah pendidikan sedangkan merdeka lahir adalah pengajaran. Dua hal yang saling bergantug satu sama lain. Oleh karena itu saya harus memberikan kemerdekaan kepada anak-anak untuk menyelesaikan tugas-tugasnya sesuai dengan minat, bakat , dan kreatifitasnya sebab manusia merdeka adalah manusia yang hidupnya tidak tergantung pada orang lain, akan tetapi bersandar atas kekuatan sendiri.
Sebagai pendidik saya harus senantiasa menuntun kepada anak atau dengan kata lain berpihak pada mereka. Saya juga harus memandang murid bukanlah kertas yang bisa digambar sesuai kemauan saya, karena mereka lahir dengan kodrat yang samar. Tugas kita adalah menebalkan garis-garis samar itu agar dapat memperbaiki lakunya untuk menjadi manusia seutuhnya sesuai dengan tujuan pendidikan yang sebenarnya.
Dan yang lebih penting sebagai seorang pendidik harus mamapu memberikan contoh nyata secara langsung baik di sekolah maupun di luar sekolah. Sebagai pendidik tidak hanya menyuruh untuk mengerjakan sesuatu, tetapi terlebih dahulu memberikan conto, sehingga kita akan menjadi panutan dan teladan yang baik bagi anak.
4. Future (Penerapan)
Saya akan merealisasikan hal terbaik dalam proses pembelajaran saya dikelas, agar tujuan pendidikan bisa tercapai dengan baik. Banyak hal yang akan saya benahi, karena saya sadar selama ini yang saya lakukan jauh dari kata sempurna jika dikaitkan dengan filosofis pemikiran Ki Hajar Dewantara . Pembelajaran yang berpusat pada guru harus segera diganti dengan pembelajaran yang berpusat pada murid, agar tercipta interaktif yang menyenangkan di dalam kelas.Â
Memberi kebebasan kepada anak-anak untuk menggali potensi yang dimilikinya harus terjadi dalam proses pembelajaran agar mereka menemukan jati dirinya sehingga menjadi manusia seutuhnya. Membuat anak lebih aktif dan kreatif dalam belajar dengan berusaha mengkombinasikan pembelajaran teori dengan praktik langsung di lapangan, di sekitar lingkungan sekolah. Sehingga anak akan mengalami langsung teori yang sudah diajarkan di kelas.
Sekian dari saya,terimaksih
Wassalamm
https://sites.google.com/view/cgpangkatan7irawansetiyawidodo/jurnal-refleksi-dwi-mingguan-modul-1-1
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H