Konsep ekonomi biru pada mulanya hanya mencakup produk-produk berbasis perikanan yang bernilai ekonomi. Namun saat ini cakupannya meluas hingga menjangkau kepada keberlanjutan ekosistem laut. Keberlanjutan ekosistem laut yang terintegrasi dengan keberlanjutan segala potensi yang ada di dalamnya (termasuk potensi perdagangan karbon biru) menjadi salah satu kontributor Produk Domestik Bruto (PDB) di Indonesia.
Penerapan ekonomi biru juga sejalan dengan konsep Environment, Social, and Governance (ESG) karena pelaksanaan ekonomi biru melibatkan triple bottom line tersebut.
Ekonomi dan Kerusakan Lingkungan
Dibalik kebanggaan sebuah bangsa dalam menciptakan pertumbuhan ekonomi tinggi, dengan iming-iming mengejar ketertinggalan dengan negara lain justru melahirkan berbagai masalah baru yang semakin rumit dan berkepanjangan, baik dalam jangka panjang maupun jangka pendek.
Lebih-lebih masalah kerusakan lingkungan yang akhir-akhir ini sangat jelas kita rasakan. Bila kita mengkaji lebih jauh secara psikologis, memang terdapat trade-off antara alat pemuas kebutuhan manusia (berupa barang-barang produksi dan jasa-jasa) dengan amenities (kenyamanan) dan keterkaitannya dengan hukum kepuasan yang semakin menurun dari waktu ke waktu. Jaman dahulu orang-orang tua kita begitu mudah menikmati keindahan alam, kesejukan air bersih di sungai-sungai serta keindahan pegunungan yang terbentang luas.
Tak sedikit hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan positif antara pertumbuhan ekonomi dengan pencemaran lingkungan. Bahkan, fenomena tersebut umumnya terjadi di negara berkembang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) yang pesat di Cina berbanding lurus dengan kerusakan lingkungan yang terjadi di negara tersebut akibat buruknya penegakan hukum dan undang-undang lingkungan di Cina (Chen et al., 2015).
Selain itu Pembangunan janganlah menimbulkan kerusakan alam (lingkungan), apa gunanya pembangunan bila lebih banyak menimbulkan eksternalitas negatif dan tentunya lebih merugikan masyarakat serta anak dan cucu kita di masa-masa yang akan datang. Tiga konsep utama pembangunan yang berkelanjutan menurut Mohan Munasinghe adalah memuat: ekonomi, ekologi, dan kriteria sosial kultural. Ketiga konsep ini harus berjalan secara sinergis dalam menciptakan pembangunan yang ramah akan lingkungan atau model alam. Masih menurut Mohan Munasinghe, identifikas pembangunan berkelanjutan memerlukan (Thomas dan Vinos, 2001)
Hubungan Antara Ekonomi Dengan Lingkungan Hidup
kegiatan ekonomi yang dilakukan oleh masyarakat berpengaruh terhadap lingkungan sekitarnya. kegiatan ekonomi dengan memanfaatkan sumber daya buat produksi serta konsumsi dapat mengakibatkan positif jugal negatif bagi kehidupaln manusia. akibat positif yg ekskusif bisa dirasakaln adalah terpenuhinya kebutuhan barang serta jasa yang diupayakan terus semakin tinggi dari tahun ke tahun. Lebih banyak barang serta jasa yang diproduksi serta dikonsumsi memberikan peningkatan kemakmuran masyarakat.
Hubungan antara pertumbuhan ekonomi dan lingkungan secara umum dianggap kontroversial. Teori ekonomi tradisional memosisikan trade-off antara pertumbuhan ekonomi dan kualitas lingkungan. Sejak awal 1990-an, literatur empiris dan teoretis berkembang pesat pada Kurva Lingkungan Kuznets (EKC) yang hasilnya telah menyimpulkan bahwa hubungan antara pertumbuhan ekonomi dan lingkungan bisa menjadi positif; dan karenanya pertumbuhan merupakan prasyarat untuk perbaikan lingkungan.
Dalam konsep ekonomi pencemaran merupakan suatu eksternalitas yang terjadi jika satu atau lebih individu mengalami atau menderita kerugian berupa hilangnya kesejahteraan mereka (Monke & Pearson, 1989). Meskipun setiap kegiatan ekonomi dapat menimbulkan eksternalitas, ahli ekonomi tidak merekomendasikan untuk menghilangkan eksternalitas.
Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya