"Baiklah. Matur nuwun, Ki."
Dari keterangan yang diperoleh tersebut, Syekh Abdul Aziz menyimpulkan kalau istrinya pergi ke kerajaan. Tapi untuk apa? Mengapa Rara Kuning tidak menunggu kepulangannya dari ladang? Saat ingat dengan keadaan dapur yang tak semestinya, Syekh yang dikenal dermawan itu yakin kalau sang istri pergi dengan cara dipaksa.
"Aku harus menyusul Rara Kuning. Masuk istana dan membawanya kembali ke rumah," gumamnya.
Bagaimana cara agar bisa masuk istana tanpa dicurigai? Sudah pasti banyak prajurit yang menjaga istana. Dia sendirian, walau memiliki kemampuan bela diri, mustahil bisa melawan sekian banyak prajurit.
Syekh Abdul Aziz memutuskan untuk menyamar sebagai pengamen. Dengan membawa kentrung* dia berangkat menuju istana raja untuk menjumpai dan membawa pulang sang istri.
Sementara itu, di kaputren, Rara Kuning selalu sedih. Kebaikan dayang istana yang selalu melayani kebutuhannya tidak menjadikan dia gembira. Dayang yang selalu menghibur pun, tak dapat menghilangkan kesedihan hatinya. Keinginannya hanya satu, bertemu dengan suaminya dan kembali pulang.
***
Hari itu Raja Jaka Wangsa mengunjungi kaputren.
"Piye, wong ayu, seliramu purun apa ora dadi prameswariku?" (Gimana cantik, kamu mau atau tidak jadi permaisuriku?).
"Bukankah sudah saya katakan berkali-kali, kalau saya tidak bersedia menjadi istri Paduka."
"Banyak putri yang ingin jadi permaisuriku. Mengapa kamu menolak tawaranku?"