"Sungguh beruntung kita membawa bayi ini."
Begitulah, selama dalam perjalanan pulang, tak satu pun hambatan kami dapatkan. Bayi yang kubawa tak pernah rewel. Begitu pula dengan bayiku sendiri.
Keajaiban ini berlanjut saat kami sudah sampai di kampung halaman. Sumur yang semula kering, menjadi penuh air jernih. Kebun yang kering meranggas berubah menghijau. Domba-domba yang kami miliki makan daun dan rumput segar dengan kenyangnya hingga puting susunya penuh.
Selama dua tahun, kususui anak yatim ini. Selama itu pula hidup kami berkecukupan. Dia tak pernah merepotkan kami, bahkan kehadirannya menjadi berkah bagi kami.
Aku tak menyangka kalau tenyata anak susuku adalah insan istimewa. Insan pilihan Allah yang membawa risalah-Nya. Dialah utusan Allah terakhir, penutup para nabi. Muhammad shollallahu 'alaihi wa sallam.
Karena aku pernah menjadi ibu susunya, namaku pun dikenal oleh orang-orang yang mengimaninya. Menjadi salah satu perempuan yang pernah hidup bersama beliau. Menjadi salah satu perempuan yang kisahnya dikenang sepanjang masa. Aku ibu susu Rasulullah shollallahu 'alaihi wa sallam, Halimah As-Sa'diyah
.***
Jepara, 23.06.2020
Maroji' : Sirah Nabawiyah, Syaikh Shafiyyurahman Al-Mubarakfuri,Ummul Qura.
Ditulis oleh Ira PranotoÂ
Repost, sudah tayang di FB.