Mohon tunggu...
ira mirawati
ira mirawati Mohon Tunggu... -

Dosen Manajemen Komunikasi Fikom Unpad

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Mendeteksi Perilaku Menyontek dari Ekspresi Wajah

22 April 2018   14:24 Diperbarui: 22 April 2018   14:28 558
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sebentar lagi musim ujian baik di tingkat sekolah menengah maupun perguruan tinggi. Bukan hanya siswa atau mahasiswa yang mempersiapkan diri, para guru atau dosen yang akan mengawas ujian pun, baiknya mempersiapkan diri. Mempersiapkan diri dalam hal apa? Dalam hal kemampuan mendeteksi murid yang melakukan penyontekan, agar ujian terselenggara dengan baik dan berkualitas.

Sebuah penelitian yang dilakukan pada tahun 2017 pada sejumlah dosen pengawas ujian di berbagai  perguruan tinggi di Kota Bandung menunjukkan bahwa mendeteksi penyontek dapat dilakukan dengan memperhatikan ekspresi wajah para peserta ujian. Ekspresi yang diteliti adalah ekspresi mahasiswa yang sedang berusaha melakukan penyontekan dengan melihat bahan sontekan yang telah dia persiapkan (baik itu catatan tertulis di kertas, di bagian-bagian tubuh maupun di alat elektronik seperti handphone), bukan perilaku menyontek dari orang lain atau perilaku kerja sama.

Pemilihan ini karena perilaku menyontek jawaban ujian orang lain ekspresinya sangat mudah terlihat, bukanlah ekspresi mikro sepersekian detik. Pada penyontekan tipe seperti ini biasanya kalaupun kepala tidak jelas-jelas menoleh ke arah lembar jawaban orang lain, minimal mata mereka melirik dengan tajam ke arah jawaban temannya. Dan ini sebenarnya bisa sangat mudah tertangkap oleh mata pengawas asalkan pengawasnya mengedarkan pandang ke arah peserta ujian.

Kondisi ini berbeda dengan usaha menyontek bahan yang telah dipersiapkan sendiri. Meskipun pengawas mengedarkan pandang, namun jika tidak jeli, mereka bisa saja lolos dan berhasil menyontek. Ini karena menurut para informan, peserta ujian yang membawa bahan sontekan biasanya adalah mereka yang sudah sering menyontek dari teman, dan beranjak ke tingkat mahir. Bukan hanya mahir mempersiapkan sontekan namun juga mahir mengelabui pengawas. Seperti penuturan informan berikut ini:

Ibu He   :"Wah kalo yang nyontek begitu (membawa bahan sontekan sendiri) biasanya mereka yang udah mahir. Levelnya lebih tinggi daripada yang nyontek ke temennya."

Ibu Me : "Mereka mah memang udah biasa nyontek."

Adapun sontekan bisa bermacam-macam jenisnya mulai dari catatan pada kertas yang ditulis sendiri, handout perkuliahan yang difotokopi diperkecil, tulisan pada berbagai benda bawaan (kertas tissue, sapu tangan, dan lain sebagainya), tulisan pada pakaian (kaos kaki, lipatan lengan pakaian, kerudung, dan lain sebagainya), tulisan pada bagian-bagian tubuh (telapak tangan, lengan bawah, lengan atas, kaki, dan paha), dan alat elektronik (handphone). Menurut kelima informan, dari berbagai perilaku menyontek yang mereka temui, yang terbanyak adalah handout perkuliahan yang diperkecil dan penggunaan handphone.

Mata, kening, alis dan otot-otot disekitarnya

Dari informan-informan diperoleh gambaran bahwa ekspresi mata dan otot-otot disekitarnya pada mahasiswa yang berusaha mengelabui pengawas untuk dalam usahanya melakukan penyontekan adalah pada posisi "datar".

Datar di sini maksudnya adalah tidak ada kerutan sama sekali. Kelopak mata atas dan bawah tidak mengalami pembesaran atau pengecilan pembukaan. Demikian juga alis tidak mengalami penaikan atau penurunan. Hal yang sama terjadi juga pada kening, dimana tidak ada kerutan pada kening.

Wajah mereka biasanya tidak lurus ke depan namun juga tidak terlalu menunduk. Cukup untuk supaya bisa mudah melirik sontekan sekaligus bisa melirik pengawas tanpa perlu melakukan gerakan kepala tambahan. Penyontek tidak mau gerakan kepalanya yang berlebihan antara melihat pengawas dan melihat sontekan dapat mengundang perhatian dan kecurigaan pegawas

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun