Beranjak masuk SMP, seperti kebanyakan ABG cewek saat itu, saya juga mulai berlangganan majalah GADIS , yg tentu saja penerbitnya bukan dari Grup Kompas.
Tapi di saat yg bersamaan, saya juga sering melirik majalah HAI yang sebenernya adalah Majalah Remaja Pria. Liputan2 khas tentang musik dan konser konser yang bikin saya tertarik membaca artikel2 majalah ini.
Saat itu saya mulai mengidolakan banyak grup band luar seperti Bonjovi, Pearl Jam hingga Nirvana karena terpengaruh sobat saya masa SMP Indah Andiyati
Saat Kurt Cobain meninggal, liputan2 majalah HAI yang terus menerus tetang Nirvana makin membuat saya menyukai lagu lagu Nirvana. Puncaknya adalah saat Bonjovi datang konser di tahun 1995, liputan Majalah Hai selalu saya tunggu tunggu sebelum dan sesudah konser.
Konser Bon Jovi di Ancol dalah konser pertama grup band luar negri yang saya hadiri di saat masih kelas 3 SMP setelah menabung uang jajan berbulan bulan , dan menjadi salah satu momen terbaik masa ABG yang saya masih ingat jelas hingga kini.
Masuk SMA, Majalah HAI semakin menjadi acuan bacaan saya yang waktu itu mulai belajar menjadi wartawan sekolah. Suatu ketika saya ditugasi menangani rubrik musik Mading Sekolah.
Dan saya membuat artikel artikel mingguan tentang musik genre alternatif seperti Silverchair, Green Day, dll yang sebenernya saya copas - edit -modif dari artikel artikel yang saya baca dari majalah HAI Ternyata tulisan2 saya di mading itu, banyak dibaca dan disuka kakak kakak senior saya yang lelaki . Sampai sampai saat SMA itu saya pernah dapat julukan "Ira Grunge" ...wkwkwk....
Saat menjadi wartawan sekolah ini saya mulai belajar melakukan liputan termasuk mewawancara artis bareng sobat saya Lia Wahab, lalu membuat reportase tulisan dengan mengikuti gaya tulisan2 di Majalah HAI. Dan dari sinilah saya semakin menemukan kesenangan dari hobi menulis.
Beranjak masuk kuliah di Jatinagor, saya mulai sering baca beragam majalah wanita muda yang bertebaran di pasaran saat itu, namun saya melupakan hobi menulis saya. Tapi saat lulus kuliah dan mulai bekerja sebagai wartawan TV, saya mulai sering tertarik baca Majalah Intisari yang memang isinya adalah lebih banyak tentang ilmu, pengetahuan dan artikel humanis.
Begitu terkesannya dengan Majalah Intisari yang hanya terbit bulanan, saya berpesan ke tukang koran langganan untuk segera sms saya di hari pertama majalah Intisari datang. Karena sering membaca majalah Intisari saya pun punya impian suatu saat tulisan saya bisa ada di Majalah Intisari.
Di tahun 2006, saya berkenalan dengan teman baru, seorang pemuda asal Prancis Ludovic Hubler, yang saat itu sedang berkeliling dunia dengan cara hitchhiking (nebeng transportasi orang lain).