TUBAN. Makin rajin mencoba banyak resep roti dan cake dalam kurun waktu setahun ini, lumayan mengasah keterampilan. Kukis, kadang2 saja saya buat hanya untuk makanan ringan anak2 waktu berkumpul di depan teve. Namun karena intensitasnya sering, membuat kue kering sudah semudah menanak nasi di rice cooker.
Perhatian saya makin serius ke kue kering awal April lalu. Saat ibu dan adik2 mendaulat saya untuk membuatkan beberapa jenis kue kering lebaran nanti. Menurut mereka, kue2 kering yang saya buat enak. Apalagi yang premium dengan full butter. Adik bungsu saya amat menyukai.
Saya pikir, di pinggir kota kecil sepeti Tuban ini, siapa yang berminat membeli kue berbahan premium. Apalagi di masa pandemi begini. Tak disangka, relasi kerja adik2 saya banyak yang ikut pre order (PO). Wah, tahu begini gak boleh dilewatkan begitu saja. Bisnis kue kering di lebaran tahun ini terbukti masih bagus animonya.
Kendati belum semahir cheff yang di acara teve, saya sudah makin percaya diri karena support orang2 terdekat. Ibu, saudara termasuk anak2 saya yang kritis. Saya mulai mengakrabi dunia baking juga berkat mereka. Selain sebab pandemi.
Bermula pada 2020 silam. Dari niat awal melepas ketergantungan membeli roti untuk kebutuhan makan keluarga setiap hari selama pandemi. Akhirnya saya baking di dapur sendiri.
Kemudian terlibat ide2 kreatif anak2 yang stay at home berbulan2. Baking dan terus baking hingga Ramadhan 2020. Dari keisengan anak yang nantang jualan kecil2an. Akhirnya malah sering nerima pesanan sampai sekarang. Cukup demikian?
Ternyata tidak. Anak2 saya sering bertanya, mama bisa buat ini atau itu? Sambil menunjukkan iklan yang tayang di medsos. Wujudnya beraneka kukis yang menawan. Sebulan sebelum Ramadhan, iklan kue lebaran di internet sudah bertebaran.
Celoteh anak2 kadang jadi picu. Menggugah nyali nyonya besar. Nah, dari skill membuat cake dan roti yang sudah saya akrabi setahun ini, saya geser ke chanel kukis. Kebetulan momennya pas Ramadhan tiba. Jadi saya khususkan mengumpulkan menu2 wajib yang biasa ada di meja saat lebaran tiba. Menu wajib yang saya maksud antaranya, nastar, semprit, kaastengel, lidah kucing dan putri salju, that its!
Seminggu sebelum Ramadhan saya memutuskan untuk menyetok berpuluh2 toples kue kering. Maksudnya supaya saat puasa, saya tidak terlalu banyak aktifitas baking untuk PO yang terlanjur saya sanggupi. Maunya, selama Ramadhan saya di dapur hanya untuk persiapan buka puasa dan sahur saja.
Namun baru hari kedua Ramadhan, stok kue toples sudah menipis. Adik dan teman2 arisannya minta 1 doz isi 12 toples. Adik bungsu, gegara gencar apload foto makan kukis, teman2nya jadi penasaran sama nasar dan coklat pita buatan saya. Kue yang ada sudah berganti cuan. Ditambah yang PO untuk diambil pertengahan Ramadhan, terus bertambah dan menumpuk. Semua harus disyukuri, Alhamdulillah.
Padahal saya menawarkannya hanya ke kerabat dekat, sahabat dan saudara2. Niat awal saya mulai gencar berlatih buat kue kering juga untuk konsumsi sendiri. Karena sudah banyak yang tahu rasanya, makin banyak testimoni. Beberapa orang merekomendasikan ke tema2nya. Orderan saya jadi tambah jumlahnya.
Tips Terampil dan Mahir
Mengingat lagi, memasak adalah keterampilan. Sebelum percaya diri buka PO kue lebaran, maka saya harus upgrade kemampuan sampai mahir dulu. Membuat kue lebaran bukan hal baru. Tapi sudah bertahun2 saya tidak praktik membuatnya dalam jumlah banyak. Khawatir saya tidak memiliki cukup kesabaran dan ketelatenan.
Jaman SLTA dulu, saya sering menemani ibu atau tante membuat kue lebaran. Resep dari pendahulu itu saya simpan dalam catatan usang. Namun berbekal resep warisan saja tidak cukup. Jaman sekarang banyak macam kue kering yang rasanya super enak. Untuk menghasilkan kue enak saja atau super enak, ini cost produksinya juga berbeda. Lantas bagaimana yang ingin kukis enak tapi ekonomis? Ini yang butuh sedikit strategi.
Saya harus berkali2 melakukan uji coba sampai ketemu rasa yang patent dari dapur saya. Setiap ada kesempatan dan waktu luang saya uji coba dan koreksi resep. Saat uji coba saya melibatkan anak2. Baking bersama anak2 adalah hal paling menyenangkan. Bisa sambil belajar dan bermain. Meski butuh kesabaran ekstra. Namun yakinlah, saat itu akan jadi qulity time yang sangat istimewa.
Hasilnya membahagiakan semua orang di rumah. Kami bisa berekreasi dan berkreasi di dapur. Tetap membersamai anak2 bermain sembari menangguk cuan. Karena setelah terampil, saya menjadi percaya diri mengemas produk untuk dijual.
Jadi terampil saja, tidak cukup menjual. Harus mahir, jeli dan kreatif pula.
Kemahiran skill penting untuk kualitas produksi. Rasa yang paten di produk yang kita jual akan mengikat deria rasa pelanggan dengan memori indah saat lebaran. Harapannya, setiap ada hari istmewa, pelanggan akan mencari lagi produk kita.
Untuk mendapatkan rasa yang tepat, saya tidak hanya berbekal resep warisan atau resep copas dari cheff tersohor di bidang kue kering. Saya butuh waktu berkali2 untuk uji coba resep lama. Bongkar pasang formula, hingga ketemu resep dengan rasa yang diminati hampir segala segmen. Anak2, remaja hingga orang dewasa.
Untuk satu resep nastar, saya harus 3 kali trial dan error sebelum ketemu resep pas. Kemudian saya klaim sebagai resep ala saya. Kapan mulainya trial dan error itu? Sebulan sebelum saya berani buka PO kue kering. Tepatnya sebulan sebelum Ramadhan.
Kejelian juga dibutuhkan untuk membaca target market di sekitar kita. Terutama tentang produk yang diminati dan kemampuan atau daya beli. Tidak mungkin saya ujug2 menawarkan kue kering berbahan premium kepada market yang masa bodoh terhadap perbedaan butter dan margarin. Padahal kedua bahan ini memiliki kekhasan masing2 bila diaplikasikan ke masakan.
Yang tak kalah penting adalah kreatifitas mengemas. Memasak ini juga seni. Sebuah karya seni akan diminati bila terbaca pesan keindahannya. Nikmat rasa kuenya. Cantik modelnya, bila penyajiannya tidak memperhatikan kebersihan dan estetika, bisa merusak minat penikmatnya. Maka kemaslah produk dengan hati yang ihlas dan penuh cinta.
Salam 2 Ramadhan 1442 H
Iradah Haris
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H