Setelah membereskan pendanaan, aku pulang ke rumah untuk mempersiapka segalanya juga untuk meminta restu kedua orang tuaku. Tanggal 19 Juni, aku berangkat sendiri menuju bandara dengan menggunakan transfortasi umum yaitu kereta KRL.Â
Rumahku dekat dengan stasiun Parung panjang, dari stasiun parung panjang ke stasiun Tanah abang lalu transit menuju stasun Duri lalu transit lagi menuju stasiun batu ceper. Perjalanan mengguakan KRL dari stasiun Parung panjang ke stasiun Batu Ceper memakan waktu sekitar 2 jam.Â
Dari stasiun Batuceper aku melanjutkan perjalanan 15 menit dengan menggunakan kereta Bandara menuju stasiun Bandara Soekarno-Hatta, setelah turun di stasiun bandara aku melanjutkan perjalanan menuju terminal 1 keberangkatan ke Medan dan dari Medan aku bertemu dengan 3 orang finalis dan kami melanjutkan perjalanan menggunakan travel menuju Kota Lhokseumawe.
Di sepanjang perjalanan, aku masih tidak percaya bahwa Allah secepat itu mengabulkan harapanku untuk kembali ke tanah Aceh. Aku semakin percaya bahwa ucapan adalah doa, doa/harapan harus diimbangi dengan usaha agar sampai pada tujuannya.
Pagi buta aku sudah sampai di kota Lhokseumawe, rasanya deg-degan, aku masih tidak menyangka akan bisa ke Aceh lagi yang rasanya ketidakmungkinan namuan selalu disemogakan. Setelah sampai, aku istiahat hingga sore, di sore hari aku bertemu lagi dengan mereka di kampus unimal. Saat bertemu dengan Salsa dan Silvi, aku langsung memeluknya, bener-benar tidak menyangka bahwa akan bertemu di bulan Juni itu. Â
Saat itu, mahasiswa sosiologi sedang mengikuti tournament voli sekalian bertemu mereka aku menjadi supporter, rasanya aku sudah menganggap mereka seperti keluarga. Tak lupa aku memberikan oleh-oleh khas daerahku kepda mereka. Di suasana sore, aku melanjutkan perjalanan untuk sekedar menikmati Aceh sambil mengenang tempat tempat yang dulu pernah aku singgahi.Â
Suasana sore yang sejuk dan damai, aku menyusuri pantai dengan motor, rasanya aku ingin bertriak 'Ya Allah terima kasih telah membawaku ke tempat ini lagi' sepanjang perjalanan hanya bahagia yang aku rasakan.Â
Tak terasa sudah pukul 7 malam, aku pun pulang ke wisma dan kembali beristirahat. Selama dua hari aku mengikuti rangkaian kegiatan perlombaan, dan tibalah di lomba Kisah Inspiratif. Aku mendapatkan nomor 8 dari 12 finalis yang hadir. Rasanya deg degan, karena ini kali pertama aku lomba secara offline.Â
Gedung yang digunakan untuk lomba, masih sama dengan gedung yang digunakan untuk pembukaan dan penutupan kegiatan PMM. Aku yang sudah merasakan panggungnya saat penutupan PMM karena aku tampil untuk memberikan puisi di hadapan teman teman seluruh Indonesia, karena hal itulah mungkin lebih mudah bagiku untuk lebih menguasai panggung.Â
Dengan begitu aku percaya bahwa tindakan kita saat ini akan mendukung tindakan kita selanjutnya untuk meraih apa yang diimpikan. Saat tampil menceritakan kisah inspiratif yang kuberi judul 31 Hari di Tepi Samudera Berlayar Menggapai Asa tetap ada rasa deg degan, tapi aku berusaha menenangkan diri dengan berdoa. Untuk instrument tambahan aku menampilkan vidio pengabdianku, sehingga penonton dapat membayangkan apa yang sedang aku ceritakan.Â
Sebenernya, moment menceritakan pengalaman pengadian sangat aku dambakan, waktu itu setelah pulang dari pengabdian banyak sekali yang memintaku untuk menceritakannya secara personal, namun kataku, akan lebih bagus jika aku menceritakan dan bisa didengar oleh banyak orang. Aku pernah menawarkan diriku sendiri menjadi pengisi podcast di beberapa podcast namun ada yang menolaknya, atau ada yang tidak memberi jawaban sama sekali.Â