Dalam praktiknya ada miskonsepsi di sekolah, misalnya:
- Literasi tanpa visualisasi makna
Anak didik disuruh untuk membaca tanpa didukung visualisasi/penggambaran mengenai materi yang dibaca. Tak heran jika makna yang terkandung di dalam tulisan tersebut tidak tersampaikan dengan baik. Padahal adanya literasi bukan hanya untuk membaca tapi juga meningkatkan pemahaman atas ilmu pengetahuan dari bahan bacaan tersebut.
- Tidak di cross check
Misalnya dalam kegiatan membaca 15 menit sebelum KBM, kegiatan itu hanya sekedar membaca aja, tanpa adanya feedback dari guru, atau guru tidak menanyakan sejauh mana pemahaman siswa terhadap apa yang mereka baca.
- Tidak ada interaksi dengan guru
Ini berkaitan dengan poin ke dua. Tidak adanya dialog antara guru dengan siswa atau siswa dengan siswa untuk tanya jawab mengenai buku yang dibaca. Guru perlu berinteraksi dengan siswa, untuk mengetahui perkembangan literasi anak.
Otonom vs. Ideologis
Ada beberapa perdebatan teori tentang literasi. Dalam perdebatan tersebut ada yang disebut literasi otonom dan literasi ideologis
1.Literasi otonom menganggap bahwa literasi itu berdiri sendiri, tidak ada hubungan dengan hal-hal lain seperti praktik sosial.
- Kegiatan membaca dan menulis di sekolah
- Ketrampilan yang terukur
- Berorientasi pada produk
2.Literasi Ideologis
- Mengaggap literasi sebagai praktek sosial
- Kegiatannya bukan hanya membaca dan menulis, tapi segala hal yang bisa dilakukan dengan literasi yang berhubungan dengan kehidupan sosial
- Hubungan sosial, nilai sikap
- Orientasi pada proses
Diantara keduanya kita akan mengambil jalan tengah yaitu literasi berimbang, diantaranya
- Bergeser dari membaca ke literasi
- Bentuk lisan dan tulisan
- Reseptif (membaca, mendengar) dan produktif (menulis, berbicara, dsb.)
- Implisit (membaca bebas, mandiri) dan Eksplisit (adanya instruksi agar literasi lebih baik misalnya siswa diintruksikan membaca nyaring, membaca bersama, mencari kosa kata, dan lain sebagainya).
Bagaimana meningkatkan minat siswa terhadap literasi?
Untuk meningkatkan minat siswa terhadap literasi tentunya harus menghadirkan lingkungan kaya akan literasi, seperti:
- Adanya buku buku bacaan yang berkualitas