Mohon tunggu...
Ira Ardila
Ira Ardila Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Artikel ini saya buat untuk berbagi pengalaman, ilmu pengetahuan, dan menuangkan rasa dalam kata. ingin menggunakan tinta yang sudah Allah sediakan untuk menulis ilmu pengetahuan yang tidak ada habis-habisnya. Saya bukan pengingat yang baik, maka setiap kata yang ditulis adalah alarm terbaik untuk saya.

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Datang Disambut dengan Hangat Pergi Dipeluk dengan Erat

4 September 2021   14:33 Diperbarui: 4 September 2021   16:33 826
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kami dan warga di sana sering ke pantai berjalan kaki sambil bercerita di sepanjang jalan, lalu kami ngaliwet atau masak-masak di pinggir pantai lalu makan bersama sambil menikmati indahnya pemandangan pantai.

Sering kali warga membawakan kami makanan dan sayuran dari hasil kebunnya. Letak kampung yang dalam, jauh, dan sulit untuk di jangkau, membuat tak ada pedagang sayur satu pun berdagang ke sana. Di sana belum pernah di bangun jalan, jalan di sana masih jalan setapak yang jika hujan amblas lah kaki yang melewatinya bahkan warga sampai menitikan air maa jika melewati jalan tersebut saking beratnya untuk di lalui. 

Di sana jauh ke pasar dan warga memanfa'atkan tanaman di sekitar lingkungan untuk kebutuhan makan shari-hari. Di tengah kesibukan kami mengajar anak-anak, kami selalu menyempatkan waktu bersama warga. Sehingga kebersamaan kami terjalin dengan erat.

Singkat cerita sudah dua minggu kami mengabdi dan kami mempersiapkan anak-anak untuk pentas seni di penghujung pengabdian. Suatu ketika kami dan anak-anak sedang asyik latihan nari, warga khususnya bapak-bapak datang ke sekolah dengan membawa bambu dan berbagai peralatannya. 

Langsung saja bapak-bapak di sana membuatkan panggung untuk anak-anaknya tampil pada dua hari yang akan datang, aku sangat terheran-heran dengan kedatangan warga karena sebelumnya kami tidak mengatakan apa-apa karena kami khawatir warga sedang sibuk dengan pekerjaan mencari nafkahnya. 

Namun warga di sana sangat inisiatif melihat anak-anaknya latihan pentas seni (nari, pidato, puisi, pantun) yang akan dipersembahkan untuk kedua orang tuanya dan tanpa disangka orang tuanya memberikan tempat terbaik untuk anak-anaknya. MasyaAllah sunguh luar biasa, aku sangat terharu dan bahagia dengan kekompakkan warga di sana.

"Ketika kamu ingin mempersembahkan yang terbaik untuk orang tuamu mereka akan lebih dahulu menyiapkan tempat terbaik untukmu"

MasyaAllah sungguh luar biasa sekali kebaikan warga di sana mereka sangat mendukung pendidikan dan mendukung anak-anaknya untuk berkembang dan hal itu adalah pelajaran yang sangat berharga untukku. Hingga tibalah hari penampilan pentas seni sekaligus hari perpisahan kami dengan anak-anak dan warga di sana, warga dari beberapa kampung di desa Kutakarang berdatangan, sebelumnya aku tidak membayangkan akan banyak sekali warga yang datang bahkan sekolah yang biasanya sepi dan kampung yang tidak seramai itu, namun hari itu seperti pasar, banyak sekali warga yang berdagang suasana sangat ceria dan benar-benar bahagia, di sana aku merasakan dua kehangatan, kehangatan dari Sang Mentari yang menghangatkan bumi dan kehangatan dari orang-orang baik yang terpancar dari garis lengkung yang semakin lebar tersenyum, mata yang semakin dalam menatap, tangan yang semakin erat menggenggam dan hati yang semamkin erat terpaut. Seakan tidak ingin kebersamaan ini cepat berlalu. Namun perpisahan sudah ada di depan mata.

"Di sana aku merasakan dua kehangatan, kehangatan dari Sang Mentari yang menghangatkan bumi dan kehangatan dari orang-orang baik yang terpancar dari garis lengkung yang semakin lebar tersenyum, mata yang semakin dalam menatap, tangan yang semakin erat menggenggam dan hati yang semamkin erat terpaut."

Pentas seni pun dimulai, anak-anak menampilkan dengan penampilan terbaiknya dan sesuai tradisi di sana anak-anak pun disawer oleh orang tuanya yang menggambarkan bahwa orang tua bangga pada anak-anaknya sudah berani tampil diatas panggung dan mempersembahkannya untuk mereka. Pensi berlangsung dari pagi hingga sore hari dan tibalah waktu perpisahan. Paduan suara atau padus dari anak-anak yang akan menyanyikan lagu-lagu perpisahan pun naik ke atas panggung tak terasa aku menangis mendengar alunan lagu perpisahan, benar-benar menyayat hati memisahkan kami yang sudah satu bulan bersama, benar-benar sudah saling nyaman satu per satu ibu-ibu naik ke atas panggung memelukku, pelukan yang sangat erat aku menangis tersedu-sedu merasakan pelukan hangat untuk terakhir kalinya dari orang-orang baik yang aku syukuri kehadirannya ada di muka bumi ini. Mereka pun yang memelukku menangis sama-sama merasakan sesaknya hati seakan tidak ingin perpisahan ini terjadi, mereka sambil mengucapkan kata-kata terimakasih karena sudah mengajari anak-anaknya, namun aku hanya mengajari sedikit tapi mereka mengajariku banyak hal. Niat hati ingin mengajar namun di sinilah aku banyak belajar.

Pensi pun selesai, keesokan harinya anak-anak dan warga mengajak kami ke pantai untuk yang terakhir kalinya kami pun mencari rumput laut sambil bersenda gurau, di sana menikmati indahnya pantai yang telah Tuhan ciptakan, bermain, berenang, dan makan bersama.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun