Namun tak menutup kemungkinan rave party EDM yang berlangsung di siang hari, selain mampu menyedot banyak pengunjung dari sejumlah kalangan. Panitia tak terlalu terlalu dibebankan dengan LED visual grafis yang mahal. Apalagi para penonton masih sangat semangat andai festival musik diadakan di siang hari.
Mengumbar aurat
Anggapan ini sangat erat dari setiap konser EDM, menurut saya tidak sepenuhnya benar. Malahan saya melihat stigma itu hanya melekat di klub malam. Misalnya kini begitu banyak artis yang banting setir ke arah disc jockey (DJ) saat melihat animo dan kekurangan job. Menurut penulis mereka itu mencari sensasi saat booming dunia musik EDM yang sedang gandrungi. Bermodal musik dan play dan push langsung mereka tampil.
Dikarenakan miskin akan skill dan memanfaatkan kepopuleran sebagai artis, mereka memanfaatkan dengan mengumbar aurat. Sudah pasti bagi peminat EDM tidak terlalu tertarik dengan hal tersebut. Itulah membuat citra EDM rusak, padahal hanya sebagian kecil saja.
Bagi yang benar-benar mencintai musik EDM, mengutamakan performa dan skill hal yang utama bukan malah aurat. Apalagi sejumlah DJ Produser ternama sangat jarang yang mengumbar aurat (karena umumnya pria) walaupun DJ produser perempuan sekalipun.
Itulah sejumlah fakta unik tentang EDM dan juga festival musik EDM seperti DWP. Apa sudah mengubah pandangan Anda negatif tentang musik EDM dan sejumlah konsernya?
Bila belum bisa share alasan Anda dan semoga memberikan pencerahan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H