Mohon tunggu...
M. Iqbal
M. Iqbal Mohon Tunggu... Penulis - Part Time Writer and Blogger

Pengamat dan pelempar opini dalam sudut pandang berbeda. Bisa ditemui di http://www.lupadaratan.com/ segala kritik dan saran bisa disampaikan di m.iqball@outlook.com. Terima kasih atas kunjungannya.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

DWP Kembali Mentas dan Anggapan Keliru Mengenai Konser EDM

14 Desember 2017   14:06 Diperbarui: 16 Desember 2017   10:32 4179
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
KOMPAS.com / ANDRI DONNAL PUTERA Salah satu set panggung dalam perhelatan Djakarta Warehouse Project 2016 di JIEXpo Kemayoran, Sabtu (10/12/2016) bernama Garudha Land. Panggung ini merupakan yang terbesar dari tiga panggung yang tersedia di venue.

Semua disatukan menjadi satu alunan musik yang enak didengar, karena banyak dari sejumlah DJ produser tidak terpaku pada satu genre. Tujuannya bisa kreatif dalam menghasilkan karya dan disukai oleh para penggemarnya.

Identik dengan mabuk dan narkoba
Anggapan lain yang keliru ialah setiap rave party dekat dengan pesta miras dan narkotika. Nyata untuk menggelar rave party, panitia acara butuh pengaman ekstra ketat dari penyelenggara. Termasuk dari pihak kepolisian untuk mengatasi sejumlah barang-barang terlarang masuk ke lokasi konser.

Jadi jangan harap bisa membawa atau bahkan memakai barang terlarang saat rave party, sungguh sangat tidak mungkin.

Hanya khusus penonton dewasa
Musik EDM memang sangat lekat dengan orang dewasa termasuk di tanah air. Namun kini di beberapa negara mulai menyelaraskan musik EDM ke semua kalangan, tak hanya orang tua dan juga anak-anak bisa menyaksikan. Sejumlah negara seperti halnya Belanda dan Amerika, musik EDM sudah dibuat semenarik mungkin dan pastinya eassy listening untuk semua kalangan.

Bukan hal yang mengherankan saat ini anak-anak di bawah 17 tahun diperkenankan masuk, walaupun diawasi oleh orang tuanya masing-masing. Bagi mereka musik EDM sudah melekat sebagai budaya dan jauh dari citra negatif.

Peraturan begitu bebas
Untuk sebuah acara musik rave party butuh pemeriksaan berlipat-lipat. Sejumlah barang-barang yang tidak bisa dibawa masuk akan ditahan, proses pemeriksaan yang lama terbukti bahwa setiap EDM konser tidak sebebas yang dianggap oleh orang awam.

Pengamanan pun tidak main-main, beberapa lapis pemeriksaan agar selama penyelenggaraan party tidak mengganggu setiap DJ Produser yang tampil. Kini sejumlah rave party harus Wristband atau gelang khusus yang memiliki Barcode khusus. Setiap memasuki setiap arena rave party harus mengenakan wristband tersebut sebagai tanda masuk.

Misalnya tak membolehkan membawa flare, tongsis, kamera DSLR, pointer, dan benda berbahaya lainnya. Pihak panitia berhak menyitanya bila kedapatan sedangkan barang terlarang harus berhadapan dengan pihak berwajib. Ketat bukan!!

Stigma dengan klub malam
Tidak selamanya pertunjukan EDM dilakukan di klub malam, selain tempatnya relatif kecil mengingat animo yang begitu besar. Alternatif lainnya adalah dilakukan di lapangan terbuka atau di ruang outdoor relatif besar, misalnya stadion.

Memang puncak setiap rave party EDM sering dilakukan pada malam hari. Itu ditunjang dengan berbagai permainan LED panel visual grafis dan ledakan kembang api jadi ciri khas rave party.

Sebagai catatan, tahun kemarin pihak Ismaya Group selaku penyelenggara DWP menyiapkan panggung utama yang diberi nama Garudha Land Stage membutuhkan lebih dari 1600 panel LED. Terinspirasi dari simbol negara kita yaitu seekor burung garuda.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun