Bismillaahirrahmaanirraahiim
Seluruh dunia telah sepakat bahwa pandemi Covid-19 merupakan musuh nyata yang harus diperangi saat ini. Seluruh tenaga dan perhatian berbagai negara difokuskan untuk mencegah dan menekan penyebaran virus Covid-19 di lingkungan masyarakat. Selain menangani masalah kesehatan ini, pemerintah pun berupaya untuk meminimalisir beberapa dampak yang ditimbulkan akibat wabah termasuk bidang ekonomi. Sejak ditemukannya kasus pertama orang yang terinfeksi virus Covid-19 di Indonesia pada bulan Maret 2020 hingga bulan November 2020, Pemerintah Indonesia sudah menggelontorkan berbagai skema bantuan untuk membantu masyarakat selama pandemi Covid-19.
Selain memberikan dampak cukup luar biasa terhadap kesehatan dan ekonomi masyarakat Indonesia, pandemi ini juga menekan masyarakat Indonesia dalam hal menjalankan ibadahnya, salah satunya adalah umat Islam yang merupakan umat agama terbesar di Indonesia. Ibadah yang biasanya dilakukan secara bersama seperti sholat wajib berjama'ah di masjid, pengajian-pengajian, peringatan hari besar Islam, dan yang lainnya, diharuskan untuk menerapkan protokol kesehatan yang ketat. Sholat berjama'ah dilakukan dengan shaf yang berjarak sekian meter antar jama'ah, pengajian dilakukan secara daring, hingga ditundanya peringatan hari besar Islam secara tatap muka untuk mencegah terjadinya penyebaran virus Covid-19, salah satunya adalah Maulid Nabi Muhammad صلى الله عليه وسلم tahun 1442 Hijriah atau 2020 Masehi.
Oleh karena itu, dengan adanya peringatan Maulid Nabi Muhammad صلى الله عليه وسلم tersebut penulis mengajak kita semua untuk mengambil ajaran dan teladan dari beliau صلى الله عليه وسلم terutama dalam menghadapi wabah Covid-19 saat ini. Tentu meneladani setiap perilaku beliau صلى الله عليه وسلم tidak hanya dilakukan ketika perayaan Maulid beliau صلى الله عليه وسلم saja, akan tetapi kita harus menerapkan perintah beliau صلى الله عليه وسلم di kehidupan sehari-hari hingga nafas terakhir kita.
Maka bagaimana solusi yang Islam tawarkan dalam menghadapi pandemi Covid-19?
Islam melalui Rasulullah صلى الله عليه وسلم sebagai utusan Allah سبحانه و تعالى telah memberikan teladan yang baik bagi seluruh umat manusia termasuk muslim di seluruh penjuru dunia. Salah satu hal yang beliau beri perhatian adalah mengenai sikap terhadap peristiwa wabah penyakit di suatu negeri. Mengutip artikel dari Almanhaj.or.id bahwa Rasulullah صلى الله عليه وسلم pernah menganjurkan lockdown atau isolasi terhadap masyarakat yang terkena wabah. Di masa itu pernah terjadi wabah kusta yang menular dan mematikan, sebelum diketahui obatnya. Rasulullah صلى الله عليه وسلم juga memerintahkan untuk tidak mendekati dan melihat orang yang mengalami kusta atau lepra.
أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ لَا تُدِيمُوا النَّظَرَ إِلَى الْمَجْذُومِينَ
Bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Janganlah berlama-lama memandangi orang yang terkena penyakit lepra.” [Sunan Ibnu Majah]
Pernah pula terjadi wabah luas mengenai suatu wilayah, Rasulullah صلى الله عليه وسلم mengingatkan agar tidak dekat dengan wilayah yang sedang terkena wabah, dan sebaliknya jika berada didalam wilayah wabah dilarang untuk keluar. Diriwayatkan didalam hadist,
إِذَا سَمِعْتُمْ بِالطَّاعُونِ بِأَرْضٍ فَلَا تَدْخُلُوهَا وَإِذَا وَقَعَ بِأَرْضٍ وَأَنْتُمْ بِهَا فَلَا تَخْرُجُوا مِنْهَا
“Jika kamu mendengar wabah disuatu wilayah, maka janganlah kalian memasukinya. Tapi jika terjadi wabah di tempat kamu berada, maka jangan tinggalkan tempat itu”[HR. Bukhari dan Muslim].
Pada masa yang berbeda, pernah pula terjadi wabah Tha’un (penyakit menular mematikan) pada suatu komunitas. Rasulullah صلى الله عليه وسلم memerintahkan untuk mengisolasi atau mengkarantina para penderitanya di tempat isolasi khusus jauh dari pemukiman penduduk.
Tentu kita telah ketahui bahwa pada zaman Rasulullah صلى الله عليه وسلم belum ditemukan ilmu kedokteran modern berupa vaksin seperti yang telah ada saat ini dalam menangani wabah. Namun beliau telah memberikan solusi dasar yang sederhana namun sangat terasa dampaknya, yakni kebijakan isolasi wilayah, ataupun bisa kita katakan mirip dengan kebijakan PSBB (Pembatasan Sosial Berskala Besar) yang dilakukan oleh pemerintah Indonesia sekarang. Tentu hikmah adanya kebijakan ini adalah berkurangnya mobilitas masyarakat yang merupakan jalur transmisi cukup efektif bagi virus Covid-19 menyebar dan menginfeksi manusia. Orang yang telah terinfeksi pun dilarang untuk beraktifitas di luar atau di tempat publik melainkan harus melakukan isolasi, baik secara mandiri maupun di tempat yang telah disediakan pemerintah. Sedangkan orang yang berada di wilayah terinfeksi dianjurkan untuk tidak keluar dari daerah tersebut menuju ke daerah lain. Orang dari luar wilayah terinfeksi pun dianjurkan juga untuk tidak mendatangi daerah tersebut. Tentunya hal ini dapat membatasi area persebaran virus Covid-19 di masyarakat sehingga upaya Testing, Tracking, dan Treatment dapat dilakukan secara efektif dan maksimal.
Lantas apalagi upaya yang dapat kita lakukan sebagai masyarakat Indonesia terutama umat muslim dalam menghadapi pandemi yang entah sampai kapan ini berakhir ?
Mengutip artikel Rumaysho.com, berikut adalah beberapa nasihat dari Syaikh Prof. DR. Syaikh Abdurrazaq bin Abdil Muhsin Al-Abbad Al-Badr (guru besar di Universitas Islam Madinah dan pengajar di Masjid Nabawi).
Pertama: Tawakkal kepada Allah
Setiap muslim hendaknya pasrah dan tawakkal kepada Allah. Ingatlah segala sesuatu atas kuasa Allah سبحانه و تعالى dan sudah menjadi takdir-Nya. Ayat-ayat dan hadits-hadits berikut jadi renungan kita.
Dalil dari Al-Qur'anul Karim,
مَا أَصَابَ مِن مُّصِيبَةٍ إِلَّا بِإِذْنِ اللَّهِ وَمَن يُؤْمِن بِاللَّهِ يَهْدِ قَلْبَهُ وَاللَّهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيمٌ
“Tidak ada suatu musibah pun yang menimpa seseorang kecuali dengan izin Allah; dan barangsiapa yang beriman kepada Allah niscaya Dia akan memberi petunjuk kepada hatinya. Dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.” (QS. At-Taghabun: 11)
Dalil dari Hadits,
dari Abul ‘Abbas ‘Abdullah bin ‘Abbas radhiyallahu ‘anhuma, ia berkata bahwa Rasulullah صلى الله عليه وسلم bersabda,
وَاعْلَمْ أَنَّ الأُمَّةَ لَوِ اجْتَمَعَتْ عَلَى أَنْ يَنْفَعُوْكَ بِشَيْءٍ لَمْ يَنْفَعُوْكَ إِلاَّ بِشَيْءٍ قَدْ كَتَبَهُ اللهُ لَكَ، وَإِنِ اجْتَمَعُوا عَلَى أَنْ يَضُرُّوْكَ بِشَيْءٍ لَمْ يَضُرُّوْكَ إِلاَّ بِشَيْءٍ قَدْ كَتَبَهُ اللهُ عَلَيْكَ، رُفِعَتِ الأَقْلاَمُ وَجَفَّتِ الصُّحُفُ
“Ketahuilah apabila semua umat berkumpul untuk mendatangkan manfaat kepadamu dengan sesuatu, maka mereka tidak bisa memberikan manfaat kepadamu kecuali dengan sesuatu yang telah Allah tetapkan untukmu. Dan seandainya mereka pun berkumpul untuk menimpakan bahaya kepadamu dengan sesuatu, maka mereka tidak dapat membahayakanmu kecuali dengan sesuatu yang telah Allah tetapkan bagimu. Pena-pena (pencatat takdir) telah diangkat dan lembaran-lembaran (catatan takdir) telah kering.” (HR. Tirmidzi, dan ia berkata bahwa hadits ini hasan shahih).
Kedua: Menjaga aturan Allah
Ingatlah kalau kita menjaga aturan Allah سبحانه و تعالى , memerhatikan perintah dan menjauhi larangan, pasti Allah akan menjaga kita pula.
Dalam nasihat Nabi صلى الله عليه وسلم kepada Ibnu ‘Abbas radhiyallahu ‘anhuma disebutkan,
،احْفَظِ اللهَ يَحْفَظْكَ
“Jagalah Allah, niscaya Allah akan menjagamu.” (HR. Tirmidzi, no. 2516; Ahmad, 1:293; Al-Hakim dalam Al-Mustadrak, 14:408. Al-Hafizh Abu Thahir mengatakan bahwa sanad hadits ini hasan).
Perlu diingat bahwa kerusakan yang terjadi di bumi ini disebabkan oleh maksiat yang telah kita lakukan, maka hendaknya kita senantiasa melakukan intropeksi diri serta memohon ampun dan bertaubat kepada Allah سبحانه و تعالى.
Ketiga: Ingatlah keadaan seorang mukmin antara bersyukur dan bersabar
Dari Shuhaib, ia berkata, Rasulullah صلى الله عليه وسلم bersabda,
عَجَبًا لأَمْرِ الْمُؤْمِنِ إِنَّ أَمْرَهُ كُلَّهُ خَيْرٌ وَلَيْسَ ذَاكَ لأَحَدٍ إِلاَّ لِلْمُؤْمِنِ إِنْ أَصَابَتْهُ سَرَّاءُ شَكَرَ فَكَانَ خَيْرًا لَهُ وَإِنْ أَصَابَتْهُ ضَرَّاءُ صَبَرَ فَكَانَ خَيْرًا لَهُ
“Sungguh menakjubkan keadaan seorang mukmin. Seluruhnya urusannya itu baik. Ini tidaklah didapati kecuali pada seorang mukmin. Jika mendapatkan kesenangan, maka ia bersyukur. Itu baik baginya. Jika mendapatkan kesusahan, maka ia bersabar. Itu pun baik baginya.” (HR. Muslim, no. 2999)
Mungkin masih banyak diantara kita yang menyikapi berbagai dampak negatif pandemi saat ini dengan berkeluh kesah dan menyalurkannya lewat media sosial, maka tentu perbuatan ini tidak mencerminkan diri sebagai seorang mukmin. Oleh karena itu hendaknya kita lebih bijak dalam menggunakan media sosial untuk berbagi manfaat, saling menyemangati dan sikap positif lainnya yang bisa dilakukan.
Keempat: Lakukan ikhtiar dan sebab
Lakukanlah sebab dan lakukan berbagai upaya untuk mengobati penyakit. Berobat dan mencari sebab tidaklah bertentangan dengan tawakkal. Untuk menghadapi wabah, Nabi صلى الله عليه وسلم mengajarkan dalam hadits dari Usamah bin Zaid radhiyallahu ‘anhu, dari Nabi صلى الله عليه وسلم, beliau bersabda,
إِذَا سَمِعْتُمُ الطَّاعُونَ بِأَرْضٍ، فَلاَ تَدْخُلُوهَا، وَإِذَا وَقَعَ بِأرْضٍ، وأنْتُمْ فِيهَا، فَلاَ تَخْرُجُوا مِنْهَا. متفق عَلَيْهِ
“Apabila kalian mendengar wabah tha’un melanda suatu negeri, maka janganlah kalian memasukinya. Adapun apabila penyakit itu melanda suatu negeri sedang kalian ada di dalamnya, maka janganlah kalian keluar dari negeri itu.” (Muttafaqun ‘alaihi)
Maka ikhtiar yang ampuh saat ini bisa dilakukan adalah dengan menerapkan protokol kesehatan yang ketat, yakni melakukan perilaku hidup bersih dan sehat, serta 3M (memakai masker, menjaga jarak, mencuci tangan).
Kelima: Perkuat diri dengan dzikir, terutama merutinkan dzikir pagi dan petang
Berikut salah satu bacaan yang terkandung permohonan perlindungan secara sempurna dari berbagai mara bahaya, dibaca sekali ketika pagi dan petang:
اَللَّهُمَّ إِنِّيْ أَسْأَلُكَ الْعَفْوَ وَالْعَافِيَةَ فِي الدُّنْيَا وَاْلآخِرَةِ، اَللَّهُمَّ إِنِّيْ أَسْأَلُكَ الْعَفْوَ وَالْعَافِيَةَ فِي دِيْنِيْ وَدُنْيَايَ وَأَهْلِيْ وَمَالِيْ اللَّهُمَّ اسْتُرْ عَوْرَاتِى وَآمِنْ رَوْعَاتِى. اَللَّهُمَّ احْفَظْنِيْ مِنْ بَيْنِ يَدَيَّ، وَمِنْ خَلْفِيْ، وَعَنْ يَمِيْنِيْ وَعَنْ شِمَالِيْ، وَمِنْ فَوْقِيْ، وَأَعُوْذُ بِعَظَمَتِكَ أَنْ أُغْتَالَ مِنْ تَحْتِيْ
Artinya: “Ya Allah, sesungguhnya aku memohon kebajikan dan keselamatan di dunia dan akhirat. Ya Allah, sesungguhnya aku memohon kebajikan dan keselamatan dalam agama, dunia, keluarga dan hartaku. Ya Allah, tutupilah auratku (aib dan sesuatu yang tidak layak dilihat orang) dan tenteramkanlah aku dari rasa takut. Ya Allah, peliharalah aku dari muka, belakang, kanan, kiri dan atasku. Aku berlindung dengan kebesaran-Mu, agar aku tidak disambar dari bawahku (oleh ular atau tenggelam dalam bumi dan lain-lain yang membuat aku jatuh).” (HR. Abu Daud no. 5074 dan Ibnu Majah no. 3871. Al Hafizh Abu Thohir mengatakan bahwa sanad hadits ini sahih).
Tentunya masih banyak bacaan dzikir pagi dan petang sesuai ajaran Nabi صلى الله عليه وسلم yang penulis tidak bisa sebutkan di sini semuanya. Dengan senantiasa berdzikir, mengingat Allah سبحانه و تعالى, keagungan nama-nama dan sifat-sifat-Nya, serta nikmat-nikmat-Nya, maka hati kita menjadi tenteram. Bila hati telah tenteram, maka secara tidak langsung keadaan psikologis kita menjadi baik sehingga mampu meningkatkan imunitas tubuh kita.
Keenam: Jangan percaya berita HOAX, dan pintar-pintar menyaring berita
Wajib bagi setiap muslim tidak hanyut dan terlena dengan kabar-kabar dusta atau kita biasa sebut dengan HOAX. Seorang muslim harus pandai menyikapi berita dengan konfirmasi terlebih dahulu sesuai perintah Allah سبحانه و تعالى berikut,
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا إِنْ جَاءَكُمْ فَاسِقٌ بِنَبَإٍ فَتَبَيَّنُوا أَنْ تُصِيبُوا قَوْمًا بِجَهَالَةٍ فَتُصْبِحُوا عَلَى مَا فَعَلْتُمْ نَادِمِينَ
“Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang fasik membawa suatu berita, maka periksalah dengan teliti agar kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu.” (QS. Al Hujurat: 6).
Perkara ini sangat penting mengingat masyarakat netizen kita yang masih banyak termakan berita palsu atau hoax. Budaya klarifikasi serta check and recheck sepatutnya perlu kita junjung tinggi dalam berselancar di media sosial terutama di saat pandemi sekarang.
Nasihat Penutup: Ingatlah musibah yang paling besar adalah musibah yang menimpa agama, bukan musibah dunia.
Diriwayatkan oleh Imam Baihaqi dalam ‘Syuabul-Iman’, dari Syuraih Al-Qadhi rahimahullah ia berkata, “Sesungguhnya aku ditimpa musibah dan aku memuji kepada Allah سبحانه و تعالى karena empat hal:
- Aku memuji Allah atas ujian yang tidak lebih besar dari yang menimpa ini.
- Aku memuji Allah tatkala aku diberikan kesabaran atasnya.
- Aku memuji Allah karena diberikan taufik mengucapkan kalimat Istirja’ (inna lillahi wa inna ilaihi rooji’un) hingga mengapai pahalanya.
- Aku memuji Allah karena musibah yang menimpaku bukan musibah dalam agamaku.
Kesimpulan
Oleh sebab itu, hendaknya sebagai seorang muslim kita wajib menjalankan apa yang Allah سبحانه و تعالى perintahkan dan Rasulullah صلى الله عليه وسلم ajarkan, terutama dalam menyikapi dan menghadapi ujian yang saat ini melanda Indonesia dan dunia yaitu pandemi Covid-19. Selain nasihat dari syaikh di atas, maka sikap kita sebagai masyarakat yang juga tak kalah penting adalah dengan mematuhi arahan dari pemerintah sebagai ulil amri, sebagaimana Allah telah perintahkan dalam QS. An-Nisa ayat 59, “Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya), dan ulil amri di antara kamu…”.
Beliau Rasulullah صلى الله عليه وسلم juga bersabda, “Nanti setelah aku akan ada seorang pemimpin yang tidak mendapat petunjukku dan tidak pula melaksanakan sunnahku. Nanti akan ada di tengah-tengah mereka orang-orang yang hatinya adalah hati setan, namun jasadnya adalah jasad manusia.” Aku berkata, “Wahai Rasulullah, apa yang harus aku lakukan jika aku menemui zaman seperti itu?” Beliau bersabda, “Dengarlah dan ta’at kepada pemimpinmu, walaupun mereka menyiksa punggungmu dan mengambil hartamu. Tetaplah mendengar dan ta’at kepada mereka.” (HR. Muslim no. 1847).
Dalam praktik bermasyarakat saat ini di tengah pandemi, maka aktifitas apapun yang dilakukan hendaknya dengan mematuhi protokol kesehatan yang telah diarahkan oleh pemerintah yaitu dengan perilaku 3M. Perilaku ini terdiri dari mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir, menjaga jarak, dan memakai masker dengan benar. Menjaga jarak termasuk di dalamnya terdapat himbauan agar tidak menciptakan atau menghadiri kerumunan, dan mencegah potensi akan terjadinya kerumunan.
Semoga Allâh سبحانه و تعالى agar selalu menjaga kita semua, segera mengangkat wabah Covid-19 ini dari dunia dan Indonesia khususnya, menganugerahkan ampunan dan keselamatan kepada kita, di dalam agama, dunia, keluarga, dan harta kita. Sesungguhnya Dia Maha mendengar, Maka Dekat, dan Maha mengabulkan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H