Pada masa yang berbeda, pernah pula terjadi wabah Tha’un (penyakit menular mematikan) pada suatu komunitas. Rasulullah صلى الله عليه وسلم memerintahkan untuk mengisolasi atau mengkarantina para penderitanya di tempat isolasi khusus jauh dari pemukiman penduduk.
Tentu kita telah ketahui bahwa pada zaman Rasulullah صلى الله عليه وسلم belum ditemukan ilmu kedokteran modern berupa vaksin seperti yang telah ada saat ini dalam menangani wabah. Namun beliau telah memberikan solusi dasar yang sederhana namun sangat terasa dampaknya, yakni kebijakan isolasi wilayah, ataupun bisa kita katakan mirip dengan kebijakan PSBB (Pembatasan Sosial Berskala Besar) yang dilakukan oleh pemerintah Indonesia sekarang. Tentu hikmah adanya kebijakan ini adalah berkurangnya mobilitas masyarakat yang merupakan jalur transmisi cukup efektif bagi virus Covid-19 menyebar dan menginfeksi manusia. Orang yang telah terinfeksi pun dilarang untuk beraktifitas di luar atau di tempat publik melainkan harus melakukan isolasi, baik secara mandiri maupun di tempat yang telah disediakan pemerintah. Sedangkan orang yang berada di wilayah terinfeksi dianjurkan untuk tidak keluar dari daerah tersebut menuju ke daerah lain. Orang dari luar wilayah terinfeksi pun dianjurkan juga untuk tidak mendatangi daerah tersebut. Tentunya hal ini dapat membatasi area persebaran virus Covid-19 di masyarakat sehingga upaya Testing, Tracking, dan Treatment dapat dilakukan secara efektif dan maksimal.
Lantas apalagi upaya yang dapat kita lakukan sebagai masyarakat Indonesia terutama umat muslim dalam menghadapi pandemi yang entah sampai kapan ini berakhir ?
Mengutip artikel Rumaysho.com, berikut adalah beberapa nasihat dari Syaikh Prof. DR. Syaikh Abdurrazaq bin Abdil Muhsin Al-Abbad Al-Badr (guru besar di Universitas Islam Madinah dan pengajar di Masjid Nabawi).
Pertama: Tawakkal kepada Allah
Setiap muslim hendaknya pasrah dan tawakkal kepada Allah. Ingatlah segala sesuatu atas kuasa Allah سبحانه و تعالى dan sudah menjadi takdir-Nya. Ayat-ayat dan hadits-hadits berikut jadi renungan kita.
Dalil dari Al-Qur'anul Karim,
مَا أَصَابَ مِن مُّصِيبَةٍ إِلَّا بِإِذْنِ اللَّهِ وَمَن يُؤْمِن بِاللَّهِ يَهْدِ قَلْبَهُ وَاللَّهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيمٌ
“Tidak ada suatu musibah pun yang menimpa seseorang kecuali dengan izin Allah; dan barangsiapa yang beriman kepada Allah niscaya Dia akan memberi petunjuk kepada hatinya. Dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.” (QS. At-Taghabun: 11)
Dalil dari Hadits,
dari Abul ‘Abbas ‘Abdullah bin ‘Abbas radhiyallahu ‘anhuma, ia berkata bahwa Rasulullah صلى الله عليه وسلم bersabda,
وَاعْلَمْ أَنَّ الأُمَّةَ لَوِ اجْتَمَعَتْ عَلَى أَنْ يَنْفَعُوْكَ بِشَيْءٍ لَمْ يَنْفَعُوْكَ إِلاَّ بِشَيْءٍ قَدْ كَتَبَهُ اللهُ لَكَ، وَإِنِ اجْتَمَعُوا عَلَى أَنْ يَضُرُّوْكَ بِشَيْءٍ لَمْ يَضُرُّوْكَ إِلاَّ بِشَيْءٍ قَدْ كَتَبَهُ اللهُ عَلَيْكَ، رُفِعَتِ الأَقْلاَمُ وَجَفَّتِ الصُّحُفُ
“Ketahuilah apabila semua umat berkumpul untuk mendatangkan manfaat kepadamu dengan sesuatu, maka mereka tidak bisa memberikan manfaat kepadamu kecuali dengan sesuatu yang telah Allah tetapkan untukmu. Dan seandainya mereka pun berkumpul untuk menimpakan bahaya kepadamu dengan sesuatu, maka mereka tidak dapat membahayakanmu kecuali dengan sesuatu yang telah Allah tetapkan bagimu. Pena-pena (pencatat takdir) telah diangkat dan lembaran-lembaran (catatan takdir) telah kering.” (HR. Tirmidzi, dan ia berkata bahwa hadits ini hasan shahih).