"Kita mau ke mana, Pak?" tanya Ngadimin.
"Tenang saja, Nak. Kita hampir sampai," jawab lelaki tua itu sambil terus berjalan.
Setelah beberapa saat, mereka berhenti di depan sebuah pintu yang tampak usang. Lelaki tua itu mengeluarkan sebuah kunci dari sakunya dan membuka pintu tersebut.
"Nah, ini dia tempat yang kumaksud. Ayo, masuklah," ujar lelaki tua itu sambil mempersilakan Ngadimin masuk.
Ngadimin diam sejenak, namun akhirnya memutuskan untuk mengikuti langkah kaki lelaki tua itu masuk. Begitu pintu ditutup, Ngadimin terkejut melihat ruangan yang gelap dan pengap. Di tengah ruangan, terdapat sebuah kasur lusuh dan beberapa kardus bekas.
"Ini tempatnya. Kau bisa tinggal di sini selamanya," kata lelaki tua itu.
Ngadimin menelan ludah dengan gugup. "Tapi... tapi ini di mana, Pak? Kenapa tempat ini menyeramkan?"
Lelaki tua itu tersenyum lebar. "Tenang saja, Nak. Ini adalah tempat yang aman. Kau bisa beristirahat di sini tanpa perlu khawatir."
Ngadimin merasakan firasat buruk. Dia mulai meragukan niat baik lelaki tua itu. Namun sebelum dia sempat bertanya lebih lanjut, tiba-tiba terdengar suara-suara lain dari balik pintu.
"Bagus, kau sudah membawanya kemari," ujar seseorang.
Ngadimin membalikkan badan dan melihat beberapa orang asing yang memasuki ruangan. Wajah mereka terlihat sangar, Ngadimin mulai merasa ketakutan.