Mohon tunggu...
Mochamad Iqbal
Mochamad Iqbal Mohon Tunggu... Guru - Penulis | Pengajar | Penikmat Film

Nominasi Best in Fiction 2023, senang membaca buku-buku filsafat. | Penulis Novel Aku Ustadz Matote | Penulis Antologi Cerpen Isnin di Tanah Jawa, Kumpulan Para Pemalas. | Menulis adalah cara untuk mengabadikan pikiran, dan membiarkannya hidup selamanya.|

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Mimpi Sebuah Negara

24 Agustus 2024   12:37 Diperbarui: 24 Agustus 2024   12:40 183
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber gambar oleh cottonbro dari pexel.com

"Beasiswa? Bantuan pemerintah? Kau bercanda, Pak!" Pemuda itu mencibir, "Mereka hanya peduli dengan diri mereka sendiri,  mana mungkin mereka peduli dengan nasib rakyat kecil seperti kita."

"Janganlah kau putus asa dulu, Nak," kata lelaki tua itu, suaranya tegas, dia berusaha meyakinkan pemuda itu, "kau harus tetap berjuang, jangan pernah menyerah."

Pemuda itu terdiam, menatap ragu lelaki tua itu, nampaknya tak ada jalan keluar dari jurang kemiskinan serta ketidakadilan yang mencengkeramnya.  

"Bagaimana caranya,  Pak?" Terlontar pertanyaan dari mulut pemuda malang itu.

"Dengan bersatu,  Nak," jawab lelaki tua itu, "saling membantu, kau bisa mengatasi kesulitan ini. Kita harus bisa membangun persatuan juga persaudaraan, kau harus mampu menjadi cahaya di tengah kegelapan."

Pemuda itu terdiam, menatap lelaki tua itu, dalam sekejap dia langsung terinspirasi, seperti ada secercah cahaya harapan yang mencuat dari dalam hatinya.  

"Terima kasih, Pak," katanya, suaranya terdengar lebih bersemangat dari sebelumnya.  

Lelaki tua itu tersenyum, menatapnya bangga. Lelaki tua itu tahu bahwa dia memiliki potensi yang sangat besar, lelaki tua itu yakin bahwa dia bisa menjadi pemimpin di masa depan, dia yang akan membawa bangsa ini menuju masa depan yang lebih cerah.  

"Ini yang aku sebut pemuda," katanya sambil mengacungkan jempolnya, "teruslah berjuang,  jangan pernah pernah menyerah." 

Pemuda itu mengangguk, sambil menatap langit yang semakin gelap, pandangannya jauh melayang ke langit tanpa bintang, mereka berdua tersenyum sambil menghirup udara malam dengan aroma pesing berbalut harumnya bangkai di kolong bawah jembatan.

Pemuda gembel itu terinspirasi, dia yakin bahwa dengan tekad dan usaha yang gigih, dia akan mencapai tujuannya.  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun