"Aku mencintaimu, Basri," bisik Daniar dalam mimpinya, suaranya lembut dan penuh kerinduan.
Daniar terbangun dengan perasaan kosong. Kasihnya tak sampai, cintanya akan selamanya menjadi bagian dari masa lalunya. Dia akan terus mencintai Basri, meskipun takdir telah memisahkan mereka.
Di tepi sungai yang mengalir tenang, Daniar terus menanti, menanti sebuah keajaiban yang tidak akan pernah datang. Dia menanti Basri, lelaki yang telah mencuri hatinya lalu meninggalkan luka yang tidak kunjung reda.
"Basri..." bisik Daniar, suaranya serak, tertelan angin sore yang berbisik di antara dedaunan.
-Tamat-
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H