Mohon tunggu...
Mochamad Iqbal
Mochamad Iqbal Mohon Tunggu... Guru - Penulis | Pengajar | Penikmat Film

Nominasi Best in Fiction 2023, senang membaca buku-buku filsafat. | Penulis Novel Aku Ustadz Matote | Penulis Antologi Cerpen Isnin di Tanah Jawa, Kumpulan Para Pemalas. | Menulis adalah cara untuk mengabadikan pikiran, dan membiarkannya hidup selamanya.|

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Angin Sore yang Berbisik di Antara Dedaunan

17 Agustus 2024   12:43 Diperbarui: 17 Agustus 2024   13:04 158
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Daniar memutuskan untuk melupakan Basri. Dia menikah dengan seorang pemuda dari desa pilihan orang tuanya, seorang lelaki yang mencintainya dengan tulus. Namun, bayangan Basri tidak pernah benar-benar menghilang dari benaknya.

Bertahun-tahun kemudian, Basri kembali ke desanya. Dia datang dengan status sebagai seorang pengusaha sukses, membawa serta Yanti, istrinya yang cantik dengan wajah yang anggun.

Daniar bertemu Basri di sebuah acara yang sedang berlangsung di desa Luhak Nan Tuo. Keduanya saling memandang, tidak ada kata-kata yang terucap. Hanya tatapan hampa yang penuh dengan kenangan pahit terbesit di antara netra mereka berdua.

Daniar melihat perbedaan dalam diri Basri. Lelaki yang dulu sederhana, penuh dengan cinta, kini terlihat dingin, kata-katanya angkuh, penuh ambisi. Yanti, istrinya, terlihat bahagia, nampak dari sorot matanya terlihat bangga dengan kesuksesan Basri.

Daniar tersenyum getir. Dia menyadari bahwa Basri yang dulu dia cintai telah hilang, tergantikan oleh seorang lelaki yang sukses yang penuh dengan ambisi.

"Kau bahagia, Basri?" tanya Daniar dalam hati, suaranya tertelan angin sore yang berbisik di antara dedaunan.

Basri, yang melihat Daniar dari kejauhan, merasakan sesak di dadanya. Dia teringat masa muda mereka, saat cinta mereka masih suci, penuh dengan harapan, terselip penyesalan karena keputusannya meninggalkan Daniar, untuk mengejar ambisi serta kekayaan.

"Maafkan aku, Daniar," bisik Basri dalam hati, suaranya tertelan hiruk pikuk pengunjung desa Luhak Nan Tuo.

Daniar kembali ke rumahnya, membawa foto Basri yang pudar. Dia menatap wajah Basri yang tersenyum lebar di sana, wajah yang tidak akan pernah terlupakan.

"Aku mencintaimu, Basri," bisik Daniar, suaranya lembut penuh dengan rindu.

Malam itu, Daniar tertidur dengan foto Basri di sampingnya. Dia bermimpi tentang masa mudanya, saat cinta mereka masih belum terjamah oleh topeng dunia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun