Mohon tunggu...
Mochamad Iqbal
Mochamad Iqbal Mohon Tunggu... Guru - Penulis | Pengajar | Penikmat Film

Nominasi Best in Fiction 2023, senang membaca buku-buku filsafat. | Penulis Novel Aku Ustadz Matote | Penulis Antologi Cerpen Isnin di Tanah Jawa, Kumpulan Para Pemalas. | Menulis adalah cara untuk mengabadikan pikiran, dan membiarkannya hidup selamanya.|

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Seonggok Bangkai Dari Surga

21 Juli 2024   15:15 Diperbarui: 21 Juli 2024   15:20 39
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tidak bagi Djumirah. Hari-harinya kelam semenjak dia di jebloskan ke dalam kamar sempit. Pria-pria Nipon itu memukulnya apa bila dia menolak untuk ditiduri. Penyiksaan itu berhenti sejak perutnya bertambah buncit, dia diperlakukan berbeda, meskipun tetap seperti neraka.

Hari itu, seorang pria asli pribumi yang pernah dekat denganya berhasil membesakan Djumirah beserta gadis-gadis desa lainnya dari komplek lendir laki-laki Nippon. Beberapa pasukan Nippon pun meregang nyawa ketika sedang bergumul mesra.

Sebagian lagi, tergeletak seperti cicak, padahal mereka baru saja melepas penat setelah bertarung berburu nafsu di dalam sarung.

Tugimin, pemuda yang dulu pernah menaruh hati pada Djumirah merasa iba melihat kondisinya yang benar-benar kacau. Cintanya masih hadir meskipun Djumirah bukan lagi primadona di kampungnya. Tugimin masih menyimpan api asmara yang masih berkobar di dadanya.

Dengan lembut Tugimin menuntunnya menjauh dari lokalisasi prostitusi yang perlahan-lahan dimakan si jago merah. Perut Djumirah sudah semakin besar, mungkin tiga bulan lagi bayi yang dikandungnya akan menghirup udara dunia yang sumpek.

Djumirah benar-benar di rawat dengan penuh kasih sayang oleh Tugimin. Setiap hari Djumirah hanya bisa menangis meratapi hidupnya. Ibunya ditelan peluru Nippon ketika hendak membela Djumirah yang sedang ditarik paksa oleh tentara Jepang saat itu.

Agitho pun kabarnya sudah bersatu dengan tanah ketika terjadi perlawanan senjata dari tentara PETA. Djumirah hanya punya Tugimin yang merawatnya dengan penuh kasih sayang. Namun, Djumirah masih trauma, setiap malam dia mengigau, teriak-teriak ketakutan.

Sekuat tenaga Tugimin berusaha mengobati luka yang menganga lebar di hatinya. Kasih sayang saja tidak cukup, butuh pengertian, butuh pengorbanan, dan butuh kesabaran yang tiada henti.

Tugimin tahu, hati yang terluka itu perlu waktu untuk bisa pulih, seperti bunga yang layu perlu air untuk kembali mekar. Tugimin mengumpulkan kekuatan dari dalam dirinya, berharap suatu hari nanti luka itu akan sembuh dengan sempurna.

Tugimin sadar bahwa cinta sejati adalah perjalanan panjang yang dipenuhi liku-liku, namun ia tetap melangkah dengan keyakinan bahwa pada akhirnya, cinta akan menyembuhkan segalanya.

"Tugimin... itu... bayiku dibawa pergi..." Teriak Djumirah, ketika Tugimin masuk ke dalam bilik sempit itu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun