"Aku bukan milikmu, kamu juga bukan milikku... tapi, aku ingin memilikimu dengan rida Ilahi."
Entahlah itu hanya alasanmu saja untuk pergi dariku atau memang sebenarnya kamu menyerahkan takdir itu pada Tuhan. Tahukah kamu? Betapa aku menyangimu, sungguh aku mencintaimu. Rasa yang hadir di dalam hatiku ini pernah aku keluhkan pada Tuhan, aku ingin Tuhan menghilangkan kata cinta dalam hatiku.
Kamu tahu Fahri! semakin aku bersujud memohon pada Tuhan untuk menghilangkan namamu dari hatiku, semakin besar rasa rinduku padamu. Tahukah kamu Fahri! semakin aku melupakanmu, senyummu melayang-layang di pelupuk mataku. Sadarkah kamu Fahri?
Di waktu senja itu, aku ikhlaskan untuk melepasmu. Aku pasrahkan semuanya pada Sang Pemilik Hati. Aku titipkan rinduku pada Sang Pemilik Waktu. Aku gantungkan hidupku pada Sang Pemilik Semesta.
Hari-hari berikutnya, aku hanya memusatkan pikiranku pada-Nya berusaha memperdalam hubunganku dengan-Nya, meminta bimbingan serta kekuatan untuk menghadapi setiap cobaan. Aku juga bersyukur karena Tuhan mengirim kamu dalam hidupku sehingga aku menjadi semakin dekat dengan-Nya, cobaan ini membimbingku menjadi pribadi yang lebih baik.
Cinta sejati memang tidak mudah di raih, ada perjuangan dan pengorbanan bersamanya. Tapi dengan iman dan ketulusan hati, aku dapat mengatasi segala rintangan, aku percaya, dengan mencintai Tuhan sebelum mencintai kamu, aku akan menemukan kekuatan dan kedamaian menghadapi setiap cobaan.
***
"Assalamualaikum, Aisyah..." sapa Fahri dari balik ponsel. Saat Fahri menelepon, aku sedang mendendangkan jari-jariku di atas papan tombol komputer jinjingku
"Waalaikumsalam, Fahri."
"Insyaallah, hari Rabu besok aku akan singgah di rumahmu... aku bersama orang tuaku. Aku akan melamarmu, Aisyah!"
-Tamat-