Mohon tunggu...
Mochamad Iqbal
Mochamad Iqbal Mohon Tunggu... Guru - Penulis | Pengajar | Penikmat Film

Nominasi Best in Fiction 2023, senang membaca buku-buku filsafat. | Penulis Novel Aku Ustadz Matote | Penulis Antologi Cerpen Isnin di Tanah Jawa, Kumpulan Para Pemalas. | Menulis adalah cara untuk mengabadikan pikiran, dan membiarkannya hidup selamanya.|

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Pesan Dari Bunga Sakura

31 Mei 2024   11:21 Diperbarui: 31 Mei 2024   11:25 198
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar oleh Evgeny Tchebotarev dari pexel.com

Takeshi merasakan genggaman tangan Emiko yang terasa hangat dan juga nyata. Sejenak, Takeshi terhanyut dalam aliran waktu yang membawanya kembali ke masa lalu. Dia melihat dirinya yang lebih muda, berlari bersama Emiko di bawah pohon sakura yang sedang bermekaran. Tawa mereka bergema di udara, bebas, lepas dari beban dunia yang menyesakkan.

"Ayah, kita akan selalu bersama, kan?" tanya Emiko, matanya berbinar dengan kepolosan dan juga cahaya kegembiraan.

"Tentu, tentu, Eriko," jawab Takeshi, mengangkat Emiko ke udara, putrinya tertawa riang.

Dalam pelukan waktu yang fana itu, Takeshi merasakan semua kenangan yang telah mereka bagi. Setiap hari yang mereka habiskan bersama, setiap pelajaran yang diajarkan, dan setiap senyum yang dipancarkan, semuanya terasa begitu nyata dan hidup dalam ingatannya.

"Jangan lupakan aku, Ayah," bisik Emiko, suaranya lembut dan terdengar sangat jelas.

"Tidak akan pernah, Emiko. Kamu adalah bagian dari jiwaku," balas Takeshi, dengan suara yang penuh dengan kehangatan dan juga cinta.

***

Takeshi Tanaka, seorang ayah yang penuh cinta, menghadapi dilema yang mengoyak hatinya. Sebagai tentara, dia telah bersumpah untuk melayani negaranya, tetapi sebagai ayah, dia tidak bisa membayangkan meninggalkan Emiko, putrinya yang masih kecil. Dia tahu bahwa perang adalah sebuah pohon kekejaman dengan buah kehilangan, dia takut akan tidak pernah kembali untuk melihat Emiko tumbuh menjadi wanita yang kuat, penuh kelembutan dan kasih sayang seperti yang ia harapkan.

Takeshi duduk di samping tempat tidur Emiko, menatap wajahnya yang damai dan tenang dalam tidurnya. "Bagaimana aku bisa pergi?" gumam Takeshi pada dirinya sendiri. "Bagaimana aku bisa meninggalkanmu?"

Batin Takeshi tersiksa, tercabik-cabik oleh tugas negara. Dia telah dididik untuk menghormati kewajiban dan tanggung jawab, tetapi cintanya kepada Emiko menghadirkan sebuah argumen yang tidak dapat dia abaikan. Malam itu, dia berjalan-jalan di bawah pohon sakura, mencari jawaban di antara kelopak-kelopak yang berguguran.

"Apakah aku seorang pengecut?" tanyanya pada bunga sakura. "Apakah aku mengkhianati negaraku jika aku memilih untuk melindungi putriku?"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun