"Aku enggak bisa lupain kamu," bisiknya lagi, kali ini dengan suara yang tenang dan tulus. Sebab dalam perjalanannya yang penuh liku dan kepahitan, Dinda menyadari bahwa meskipun orang yang dicintainya telah pergi, cintanya tetap hadir, mengalir dalam setiap hembusan nafasnya. Dan di sela-sela kesedihannya, ia menemukan kedamaian dalam mengingat dan merayakan keberadaan yang pernah ada, sekaligus mempersiapkan diri untuk menyambut cinta yang baru.
***
Dinda telah membuka lembaran baru dengan tinta yang penuh warna, namun, sayangnya kata hilang itu tidak pernah bisa pergi dari kehidupan manusia, hilang akan selalu menghantui setiap langkah setiap insan yang bernyawa, "Kenapa kamu pergi, Mas?" renung Dinda, seraya mengikuti jejak langkahnya yang melintasi lorong-lorong kehidupan yang baru. Di antara riuh rendah dunia yang terus berputar, ia masih terhanyut dalam aliran kenangan yang tak pernah surut. "Kenapa kamu pergi, Mas?" desahnya dengan suara yang penuh kerinduan, seolah mencari jawaban di antara gemerlap bintang-bintang di langit malam.
Namun, dalam kelamnya kehampaan, Dinda menemukan keajaiban baru: kekuatan untuk menghadapi kehilangan dengan penuh keteguhan. Meskipun luka-luka masih membekas di relung hatinya, ia memilih untuk terus maju, membangun hidupnya kembali dengan penuh semangat dan harapan, meskipun untuk yang kedua kalinya.
Sebab meskipun kata "pergi" itu kini telah terukir dalam cerita hidupnya, ia tahu bahwa kehilangan bukanlah akhir dari segalanya. Dalam setiap kesedihan, ia menemukan pelajaran berharga tentang cinta, keberanian, dan ketabahan. Dan di balik bayang-bayang yang menghantui, Dinda menemukan cahaya yang memandunya menuju masa depan yang lebih cerah, meskipun ini adalah kisah keduanya.
Mungkin kata "hilang" akan selalu menjadi bagian dari kisah hidup manusia. Namun, Dinda memilih untuk melihatnya sebagai bagian dari perjalanan yang membentuk dirinya menjadi pribadi yang lebih kuat dan bijaksana. Dengan tinta yang penuh warna, ia menulis kembali kisahnya, memadukan kehilangan dengan harapan, dan mengukir takdirnya sendiri di atas lembaran hidup yang baru.
***
"Dinda..." Air mata dari pria yang menetes di atas pusaranya itu menggetarkan bumi, seolah menggambarkan kehancuran batin yang tak dapat terucapkan jutaan kata. Mata pria itu menjadi cermin dari kepedihan yang melanda hatinya, memantulkan kilatan kesedihan yang amat sangat mendalam. "Dinda..." ucapnya lagi, suaranya sangat memilukan, suara itu bergetar merambat ke seluruh penjuru menghantam waktu.
Dalam titik-titik air mata yang jatuh, tergores riwayat panjang dari cerita cinta yang kini hanyut dalam aliran waktu yang meninggalkannya terpaku. Di antara gemuruh isak yang memecah keheningan, terdapat panggilan jiwa yang tak pernah terjawab, panggilan yang merangkul rindu serta kekosongan dari relung jiwa.
Namun, di balik kepingan reruntuhan perasaan, terdapat setitik kekuatan yang tumbuh. Dalam setiap tetes air mata, terdapat pengingat akan kehidupan yang harus terus berlanjut, meskipun dengan warna yang berbeda. Dan di dalam kehampaan yang menghantui, pria itu menemukan keberanian untuk melangkah, membawa serta kenangan-kenangan yang telah membentuk dirinya menjadi pria yang utuh, seperti dirinya saat ini.
"Dinda..." panggilnya lagi, kali ini dengan suara yang lebih tenang, namun tetap saja, ada getaran emosi yang mengalir dari lubuk hatinya. Sebab meskipun rindu itu terasa menyakitkan, ia tahu bahwa di baliknya terdapat keajaiban-keajaiban yang sedang menantinya, mereka sedang menanti untuk diungkapkan.Â