Mohon tunggu...
Mochamad Iqbal
Mochamad Iqbal Mohon Tunggu... Guru - Penulis | Pengajar | Penikmat Film

Nominasi Best in Fiction 2023, senang membaca buku-buku filsafat. | Penulis Novel Aku Ustadz Matote | Penulis Antologi Cerpen Isnin di Tanah Jawa, Kumpulan Para Pemalas. | Menulis adalah cara untuk mengabadikan pikiran, dan membiarkannya hidup selamanya.|

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen: Sebuah Misi Rahasia Frank

6 Oktober 2023   08:07 Diperbarui: 6 Oktober 2023   17:34 176
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

“Aku akan memberikan hadiah kepadanya. Sebuah hadiah yang akan mengakhiri perang ini. Sebuah hadiah yang akan membuat kita menang.” ucap Snouck Hurgronje sambil tersenyum dengan licik sambil membawa sebuah bungkusan.

“Hadiah? Hadiah apa?” tanya Emily penasaran dengan bungkusan itu.

“Kamu akan tahu nanti. Sekarang, ayo kita berangkat. Waktu tidak banyak lagi.” sahut Snouck Hurgronje sambil berjalan menuju mobil yang terparkir di halaman depan rumah.

Aku melirik ke arah bungkusan berbentuk persegi yang di bungkus dengan kain itu, aku merasa curiga dengan isi di dalam kotak itu, beberapa hari ini ia selalu membicarakan tentang sebuah ledakan, aku yakin isi kotak itu adalah bom.

“Emily, aku tidak percaya padanya. Aku tidak suka dengan rencananya. Aku tidak mau ikut dengan dia.” Aku berbisik pada Emily merasa khawatir.

“Frank, aku juga tidak yakin dengan dia. Tapi kita tidak punya pilihan. Kita harus mengikuti perintahnya. Kita harus mengawalnya.” Emily berbisik balik padaku dengan perasaan ragu.

“Tidak, kita tidak harus. Kita bisa menolaknya. Kita bisa melawannya.” bisikku, “Kita bisa membantunya.” Aku menatap Emily dengan penuh harap.

“Membantunya? Membantu siapa?” Emily bingung dengan maksudku.

“Membantu Teuku Umar. Membantu rakyat Aceh. Membantu mereka yang berhak hidup dengan damai.” Aku menggenggam tangan Emily dengan erat.

“Frank, apa yang kamu katakan? Kamu sadar kan kita ini prajurit Belanda! Kamu sadar kan kita adalah musuh mereka? Kamu sadar kan kita akan mati jika kita melakukan itu?” Emily melepaskan genggaman Frank merasa takut.

“Aku sadar, Emily. Aku sadar semua yang aku katakan. Tapi aku juga sadar bahwa kita salah. Kita salah menginvasi tanah mereka. Kita salah menindas mereka. Kita salah telah membunuh saudara-saudara mereka.” Aku memegang wajah Emily dengan lembut.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun