Mohon tunggu...
Mochamad Iqbal
Mochamad Iqbal Mohon Tunggu... Guru - Penulis | Pengajar | Penikmat Film

Nominasi Best in Fiction 2023, senang membaca buku-buku filsafat. | Penulis Novel Aku Ustadz Matote | Penulis Antologi Cerpen Isnin di Tanah Jawa, Kumpulan Para Pemalas. | Menulis adalah cara untuk mengabadikan pikiran, dan membiarkannya hidup selamanya.|

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen: Laki-laki dari Masa Lalu yang Masih Mencintaiku

29 September 2023   08:07 Diperbarui: 29 September 2023   12:44 217
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Hei, bagaimana kalau aku memainkan lagu favoritku untukmu. Lagu ini sangat spesial bagiku, karena lagu ini mengingatkanku pada seseorang yang sangat aku cintai," ujarnya sambil menatap mataku dengan penuh perasaan.

Dia mulai memainkan lagu yang indah dan menyentuh hati. Aku tidak tahu judul lagunya, tapi aku merasakan emosi yang kuat dari nada-nadanya. Aku mendekatkan diriku kepadanya dan menyandarkan kepalaku di bahunya. Dia memeluk pinggangku dengan lembut dan mencium rambutku dengan mesra setelah ia selesai memainkan lagu yang indah itu.

Aku merasa seperti sedang berada di dalam sebuah mimpi yang indah. Aku tidak pernah merasakan cinta seperti ini sebelumnya. Aku berharap malam ini tidak akan pernah berakhir.

Tapi, tiba-tiba pintu rumahnya terbuka dengan keras dan masuk beberapa orang berseragam polisi. Mereka membawa senjata dan menodongkannya ke arah kami.

"Angkat tangan … Anda ditangkap! Kamu adalah seorang buronan yang sedang dicari karena kasus pembunuhan!" teriak salah satu polisi.

Aku terkejut, aku gemetar ketakutan. Aku tidak percaya dengan apa yang baru saja terjadi. Aku menoleh ke arah Radit dengan tatapan tak percaya.

"Radit, apa-apan ini? Apa yang mereka katakan itu benar? Kamu seorang pembunuh?" tanyaku dengan gemetar.

Radit menatapku dengan wajah pucat, ia terlihat sedih, lalu menggenggam tanganku erat-erat.

"Maafkan aku, sayang. Aku tidak bermaksud menipumu. Aku memang seorang narapidana yang sedang melarikan diri dari penjara. Aku membunuh orang yang mencoba merebut orang yang aku cintai. Aku tidak tahan melihat dia bersama orang lain. Aku sangat mencintainya, dan lagu ini adalah lagu yang kami nyanyikan bersama," katanya sambil menunjuk piano.

Aku terdiam dan hanya bisa menangis. Aku tidak bisa memahami apa yang dia katakan. Aku merasa sakit hati ketika ia mengatakan itu.

"Kamu mencintai orang lain? Bukan aku?" tanyaku dengan suara lirih.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun