Mohon tunggu...
Mochamad Iqbal
Mochamad Iqbal Mohon Tunggu... Guru - Penulis | Pengajar | Penikmat Film

Nominasi Best in Fiction 2023, senang membaca buku-buku filsafat. | Penulis Novel Aku Ustadz Matote | Penulis Antologi Cerpen Isnin di Tanah Jawa, Kumpulan Para Pemalas. | Menulis adalah cara untuk mengabadikan pikiran, dan membiarkannya hidup selamanya.|

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen: Laki-laki dari Masa Lalu yang Masih Mencintaiku

29 September 2023   08:07 Diperbarui: 29 September 2023   12:44 217
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Aku ... aku hanya ingin mencari suasana baru saja. Ya, aku tinggal sendirian. Tapi aku tidak kesepian kok." jawabku agak sedikit ragu.

Radit tersenyum lagi, tatapan matanya seperti mengetahui isi hatiku, "Kalau begitu, kita sama. Aku juga sedang mencari suasana baru, aku hidup sendirian. Tapi aku juga tidak kesepian, karena sekarang aku punya tetangga baru yang cantik dan ramah seperti kamu." ucapnya dengan santai.

Aku tertawa geli mendengar pujian Radit. Dia terlihat jujur juga sangat tulus, tidak seperti suamiku yang dulu, ia selalu berbohong dan munafik. Aku mulai merasakan sesuatu yang aneh di hatiku, sesuatu yang sudah lama tidak kurasakan.

"Terima kasih atas pujianmu, Radit. Kamu juga tampan dan ramah juga. Apa pekerjaanmu?" tanyaku, kali ini aku yang menatapnya tajam.

Radit menjawab dengan santai, "Aku bekerja sebagai tukang kayu, tokonya dekat pasar di ujung desa. Aku suka membuat barang-barang dari kayu, seperti meja, kursi, lemari, atau mainan anak-anak."

Aku kagum dengan pekerjaan Radit. Dia terlihat kuat dan juga tangguh ketika kulihat tangannya yang berotot dengan tato dengan gambar abstak di lengan kirinya, ia juga terlihat kreatif serta teliti ketika ia menceritakan pekerjaannya. Aku bertanya lagi, "Sudah berapa lama kamu bekerja sebagai tukang kayu?"

Radit menjawab dengan ragu-ragu, "Sebenarnya...aku baru saja mulai bekerja sebagai tukang kayu beberapa minggu yang lalu. Sebelumnya...aku bekerja di tempat lain." Ia mengalihkan pandangannya.

Aku merasa ada sesuatu yang disembunyikan Radit dariku, tapi aku tidak ingin mengusiknya, aku juga tidak ingin mencari tahu lebih jauh. Mungkin dia punya masa lalu yang tidak ingin dia ceritakan, sama sepertiku.

"Ooh...begitu ya. Kalau begitu...selamat atas pekerjaan barumu." ujarku mencoba menghiburnya.

Radit mengucapkan terima kasih dan mengajak aku untuk minum teh bersama di rumahnya. Aku menyetujuinya dengan senang hati.

Kami pun pergi ke rumah Radit yang bersebelahan dengan rumahku. Rumahnya lebih kecil dan lebih sederhana dari rumahku, tapi rumah itu  terlihat lebih rapi juga bersih. Radit menyiapkan teh juga kue-kue di meja tamu, sambil bercerita tentang dirinya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun