Aku mendengarkan dengan antusias, aku merasa tertarik dengan kisah hidupnya. Radit ternyata orang yang cerdas berwawasan luas. Dia banyak tahu tentang berbagai hal, seperti sejarah, geografi, politik, seni, dan budaya. Dia juga suka membaca buku-buku dan majalah-majalah.
Aku merasa nyaman dan bahagia bersama Radit. Dia membuatku lupa dengan masalah-masalahku. Dia membuatku merasa hidup.
Seiring dengan waktu Radit menjadi salah satu tetangga yang paling sering membantuku, seorang pria tampan dan ramah yang tinggal di sebelah rumahku. Dia selalu tersenyum dan mengajakku bercanda, ia mengisi hari-hariku. Dia juga pandai memperbaiki barang-barang yang rusak, ia juga senang menanam bunga di halaman rumahnya. Aku mulai merasakan kembali cinta saat bersamanya. Aku merasa dia adalah pria yang sempurna untukku.
***
Hari itu Radit mengajakku makan malam di rumahnya. Aku menerima ajakan itu dengan senang hati. Aku memakai gaun terbaikku, aku bersolek secantik mungkin. Aku berjalan menuju rumahnya dengan hati berdebar-debar. Aku mengetuk pintu rumahnya, dia membukanya dengan senyum lebar.
"Apa kabar, cantik? Kamu terlihat sangat menawan malam ini," katanya sambil menggandeng tanganku.
"Apa-apaan sih, kamu ini? Kamu juga terlihat tampan sekali," balasku sambil tersipu-sipu.
Dia membawaku masuk ke rumahnya yang nyaman dan hangat. Aku melihat ia menyiapkan makanan yang lezat dan juga anggur puith. Kami makan sambil bercerita tentang diri kami masing-masing. Aku merasa sangat nyaman dan bahagia bersamanya.
Setelah makan, dia mengajakku ke ruang tamunya yang sederhana namun terlihat menawan. Di sana ada sebuah piano tua yang masih berfungsi dengan baik. Dia memintaku untuk duduk di sebelahnya di bangku piano.
"Kamu tahu, aku suka sekali bermain piano. Ini adalah hobi yang aku pelajari saat aku masih kecil," katanya sambil menekan beberapa tuts piano sambil menatapku yang duduk di sampingnya.
"Wow, kamu hebat sekali. Aku tidak bisa bermain alat musik sama sekali," ucapku yang sedang merasa kagum dengannya.