"Kamu salah paham, sayang. Aku mencintaimu juga. Kamu adalah wanita terbaik yang pernah aku temui. Kamu membuat hidupku berarti lagi. Kamu adalah alasan aku bertahan hidup di dunia saat ini," katanya sambil mencoba merayuku.
"Tapi, kamu juga mencintai orang lain. Kamu membunuhnya karena cemburu. Kamu tidak bisa mencintai dua orang sekaligus. Kamu hanya memanfaatkanku, apa lagi setelah kamu melarikan diri dari penjara. Kamu tidak benar-benar mencintaiku," ucapku dengan perasaan marah dan sedih, air mataku berhamburan jatuh ke lantai.
"Jangan bilang begitu, sayang. Aku benar-benar mencintaimu. Aku akan melakukan apa saja untukmu. Aku akan membawamu pergi dari sini, dan kita akan hidup bahagia bersama di tempat lain," katanya sambil berusaha melepaskan diri dari polisi yang menahan tangannya.
"Tidak, Radit. Semuanya sudah terlambat. Kamu sudah menghancurkan hidupku. Kamu sudah menghancurkan cintaku. Kamu sudah menghancurkan mimpiku. Aku benci kamu, Radit. Aku benci kamu!" teriakku sambil menamparnya dengan keras.
Radit terdiam, menatapku sejenak kemudian menunduk. Dia tidak bisa berkata apa-apa lagi. Dia hanya bisa menyesali perbuatannya.
Polisi membawanya keluar dari rumahnya dengan paksa. Aku melihatnya pergi dengan penuh kebencian dan kesedihan.
Aku rasa hidupku telah berakhir di malam itu.
“Nayla …” seseorang memanggil namanku, aku menoleh ke arah suara itu, kulihat seseorang tanpa seragam masuk ke dalam rumah Radit.
“Raka …” teriakku, aku sangat terkejut melihatnya, terakhir kali aku bertemu dengannya lima tahun yang lalu setelah akhirnya aku memutuskan untuk mengakhiri hubuganku dengannya, karena ia akan menempuh pendidikan di akademi polisi setelah tamat SMA, ia harus pergi jauh, aku tidak tahan dengan hubungan jarak jauh.
“Terima kasih sudah membantu kami.” Ia menyalamiku.
“Apa maksudmu?” tanyaku, aku tidak pernah membantu pihak kepolisian, aku merasa kebingungan.