"Mari kita berciuman." kataku menyambut wajahnya dengan bibirku.
***
Aku tidak bisa meninggalkannya begitu saja. Aku memutuskan untuk membelinya, meskipun harganya sangat mahal. Aku tidak peduli dengan apa yang orang lain katakan atau pikirkan tentangku. Aku hanya ingin bersama Ria, dan membuatnya bahagia.
Kami tinggal bersama di apartemenku, dan menjalani hidup seperti pasangan normal. Kami berbagi cerita, hobi, mimpi, dan harapan. Kami saling membantu, menghibur, dan menyayangi.
Aku sangat mencintai Ria, dan dia juga mengatakan bahwa dia mencintaiku. Tapi kadang-kadang, aku meragukan kebenaran cintanya. Apakah dia benar-benar mencintaiku karena dia memang merasakannya, atau karena dia diprogram untuk melakukannya? Apakah dia benar-benar memiliki perasaan, atau hanya meniru perasaan manusia? Apakah dia benar-benar robot, atau hanya manusia tiruan?
***
Suatu hari, ketika aku pulang kerja, aku mendapati Ria sedang duduk di sofa dengan wajah kosong. Dia tidak menyambutku seperti biasa, dengan senyum manis dan pelukan hangat. Dia hanya menatapku dengan mata dingin, tanpa ekspresi apa pun.
"Sayang, aku pulang!" teriakku ketika masuk ke dalam apartemen, dan melihat Ria duduk di sofa dengan wajah kosong"
"... ." Ria tidak berbicara satu kata pun
"Ria? Apa kabar? Kamu kenapa?" aku mendekati Ria, aku juga melihat surat di tangannya.
Aku merasa ada yang aneh, aku bertanya padanya apa yang terjadi. Dia tidak menjawab, tapi hanya mengangkat tangannya yang sedang menggenggam sebuah surat. Aku mengambil surat itu, dan membacanya dengan cepat.