Mohon tunggu...
Mochamad Iqbal
Mochamad Iqbal Mohon Tunggu... Guru - Penulis | Pengajar | Penikmat Film

Nominasi Best in Fiction 2023, senang membaca buku-buku filsafat. | Penulis Novel Aku Ustadz Matote | Penulis Antologi Cerpen Isnin di Tanah Jawa, Kumpulan Para Pemalas. | Menulis adalah cara untuk mengabadikan pikiran, dan membiarkannya hidup selamanya.|

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen: Cintaku Tertambat dengan Tukang Minyak Tanah Keliling

18 September 2023   17:55 Diperbarui: 18 September 2023   18:38 172
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
gambar dari Hitekno.com

"Aku minta maaf, Rani. Aku tidak bermaksud menyakiti hatimu."

"Maaf? Itu saja yang bisa kamu katakan setelah apa yang kamu lakukan kepadaku? Kamu berbohong dan berkhianat kepadaku selama dua tahun. Kamu mempermainkan perasaanku. Kamu menghancurkan hidupku."

"Rani. Aku sangat menyesal. Tapi, apa yang bisa aku lakukan? Aku sudah terlanjur menikah dengan istriku sebelum bertemu denganmu. Aku tidak bisa meninggalkannya begitu saja. Dia adalah ibu dari anak-anakku."

"Jadi, kamu hanya bersenang-senang dengan aku sebagai selingan saja? Kamu tidak pernah mencintaiku?"

"Bukan begitu, Rani. Aku juga mencintaimu, tapi tidak sebanyak aku mencintai istriku. Kamu adalah wanita yang cantik, pintar, dan baik hati. Kamu adalah wanita yang sempurna untukku. Tapi, aku tidak bisa memilihmu. Aku harus bertanggung jawab dengan keluargaku."

"Kalau begitu, kenapa kamu tidak bilang dari awal bahwa kamu sudah menikah? Kenapa kamu tidak jujur kepadaku? Kenapa kamu membiarkan aku berharap dan bermimpi tentang masa depan kita bersama?"

"Karena aku takut kehilanganmu, Rani. Karena aku ingin memiliki kamu, meskipun hanya sesaat. Aku egois dan lemah, aku sadari itu."

"Kamu memang egois dan lemah, Tan Kian Lie. Kamu juga licik dan kejam. Kamu tidak peduli dengan perasaan orang lain. Kamu hanya peduli dengan dirimu sendiri."

"Aku tahu, Rani. Aku tahu aku salah besar. Tapi, bisakah kamu memaafkanku? Bisakah kita tetap berteman?"

"Tidak, Tan Kian Lie. Aku tidak bisa memaafkanmu. Aku juga tidak mau berteman denganmu. Aku ingin melupakanmu. Aku ingin menjauh darimu."

"Jangan begitu, Rani. Jangan tinggalkan aku begitu saja. Aku masih sayang padamu. Aku masih butuh kamu.

"Sudahlah, Tan Kian Lie. Jangan pura-pura sayang padaku lagi. Jangan pura-pura butuh aku lagi. Kamu sudah punya istri dan anak yang mencintaimu dan membutuhkanmu lebih dari aku. Kamu harus bersyukur atas apa yang kamu miliki."

"Tapi, Rani... ."

"Sudah cukup, Tan Kian Lie. Sudah selesai semua antara kita. Selamat tinggal." Aku pergi meninggalkannya sendiri di ruangan itu.

***

Setelah kejadian itu, aku memutuskan untuk mengundurkan diri dari pekerjaanku sebagai sekretaris Tan Kian Lie. Aku tidak tahan melihat wajah pria yang telah menghancurkan hatiku itu lagi. Aku juga tidak mau menjadi bahan gosip dan ejekan dari rekan-rekan kerjaku yang tahu tentang hubungan gelapku dengan bosku.

Aku kembali ke rumah orang tuaku di desa. Aku merasa malu dan bersalah kepada orang tuaku, yang telah berharap banyak dariku. Aku telah mengecewakan mereka. Aku juga merasa tidak punya masa depan lagi.

Aku mencoba untuk melupakan Tan Kian Lie dan semua kenangan buruk tentang dia. Aku mencoba untuk menjalani hidup baru yang sederhana dan tenang di kampung. Aku membantu ibuku berjualan sayur di pasar, dan membantu ayahku mengurus sawah.

Ketika aku sedang berada di pasar membantu ibuku, aku bertemu dengan seorang pemuda yang sangat sederhana. Pemuda itu bernama Radit. Dia adalah seorang pedagang minyak keliling, yang menjual minyak tanah dengan menggunakan gerobak dorong. Pemuda itu memiliki wajah yang tidak terlalu tampan, tubuhnya juga tidak tegap, namun senyumnya manis. Pemuda itu juga memiliki hati yang baik, sopan, dan ramah.

Radit tertarik padaku sejak pertama kali melihatku. Dia merasa ada sesuatu yang istimewa padaku. Dia merasa ada aura yang menarik pada diriku. Dia ingin mengenalku lebih dekat.

Radit pun mulai mendekatiku dengan cara yang halus dan santun. Dia sering membeli sayur dari ibuku, dan memberikan minyak tanah gratis kepada ayahku. Dia juga sering menyapa dan mengobrol denganku, bercanda dan tertawa bersamaku. Dia juga sering memberikan hadiah-hadiah sederhana kepadaku, seperti bunga kenanga, buku TTS, atau kue cucur.

Aku awalnya merasa bingung dan ragu dengan perhatian Radit. Aku masih trauma dengan pengalaman cintaku yang gagal dengan Tan Kian Lie. Aku takut jika Radit juga akan berbohong dan berkhianat kepadaku. Aku takut jika Radit juga akan menyakitiku.

Tapi lama-kelamaan, aku mulai terbuka dan terpesona dengan Radit. Aku melihat bahwa Radit adalah pria yang jujur, setia, dan bertanggung jawab. Aku melihat bahwa Radit adalah pria yang mencintaiku dengan tulus, tanpa pamrih, dan tanpa syarat. Aku melihat Radit adalah pria yang bisa membuatku bahagia, tanpa harus memiliki banyak harta atau jabatan.

"Aku tahu, Rani. Aku tahu kamu pernah berpacaran dengan Tan Kian Lie, bosmu yang kaya dan tampan itu. Aku tahu dia sudah menikah dan punya anak, tapi dia tetap menggodamu dan bermain-main dengan perasaanmu." katanya sambil memainkan kembang pete yang jatuh berguguran.

"Ya, Radit. Itu adalah masa lalu yang pahit bagi aku. Aku sangat terluka dan kecewa saat tahu kebenaran tentang dia. Aku merasa seperti tidak ada harapan lagi untuk aku." Aku pun gugup Ketika mengatakan hal itu, aku kuatir Radit akan pergi meninggalkanku.

"Tapi, kamu tidak perlu khawatir lagi, Rani. Kamu tidak perlu sedih lagi. Kamu tidak perlu takut lagi. Karena sekarang ada aku yang akan melindungi dan menyayangimu dengan tulus." Ia menatapku tulus, tatapan mata itu mengobati luka di hatiku.

"Aku tahu, Radit. Aku tahu kamu adalah pria yang jujur, setia, dan bertanggung jawab. Aku tahu kamu adalah pria yang mencintaiku dengan segenap hatimu. Aku tahu kamu adalah pria yang bisa membuatku bahagia." sahutku, kali ini aku menatapnya dalam, aku ingin menyentuh palung terdalam di hatinya.

"Kamu juga membuatku bahagia, Rani. Kamu adalah wanita yang cantik, pintar, dan baik hati. Kamu adalah wanita yang sempurna untukku. Kamu adalah wanita yang aku cintai lebih dari apapun." ujarnya, kulihat pipinya merona, mungkin karena malu.

Aku pun akhirnya menerima cinta Radit dengan ikhlas. Aku merasa bahwa Radit adalah cinta sejatiku, yang telah ditakdirkan Tuhan untukku. Aku merasa bahwa Radit adalah pelipur lara dan penawar duka hatiku.

Radit dan aku pun menjalin hubungan yang harmonis dan romantis. Kami saling mengisi dan melengkapi satu sama lain. Kami saling berbagi dan bersyukur atas apa yang kami miliki.

Radit dan aku pun akhirnya menikah dengan restu dari orang tua kami masing-masing. Kami hidup bahagia bersama di rumah sederhana milik Radit di pinggiran kota Jakarta. Kami juga dikaruniai dua orang anak yang lucu dan pintar.

Aku merasa bahwa hidupku telah berubah menjadi lebih baik setelah bertemu dengan Radit. Aku merasa bahwa aku telah menemukan cinta sejatiku setelah dikhianati oleh Tan Kian Lie. Aku merasa bahwa aku telah mendapatkan kebahagiaan yang sebenarnya setelah mengalami kesedihan yang mendalam.

***

"Halo, Rani. Ini aku, Tan Kian Lie. Aku ingin bicara denganmu." suara dari seberang sana.

"Apa? Kamu siapa? Bagaimana kamu bisa mendapatkan nomor teleponku?" tukasku.

"Jangan pura-pura tidak mengenalku, Rani. Kamu pasti masih ingat aku, kan? Aku adalah mantan bos dan mantan pacarmu yang dulu sangat kamu cintai." balasnya dengan nada sombong.

"Oh, itu kamu. Aku kira kamu sudah mati atau hilang. Sudah lama sekali aku tidak mendengar kabarmu. Apa yang kamu inginkan dariku?" kataku, aku malas berbasa basi dengannya.

"Aku ingin kembali bersamamu, Rani. Aku masih sayang padamu. Aku masih butuh kamu. Aku tidak bisa hidup tanpamu." Ia berusaha merayuku.

"Apa? Kamu gila, ya? Kamu pikir aku mau kembali bersamamu setelah apa yang kamu lakukan kepadaku? Kamu sudah menikah dan punya anak, tapi kamu tetap menggodaku dan bermain-main dengan perasaanku. Kamu sudah berbohong dan berkhianat kepadaku selama dua tahun. Kamu sudah mempermainkan dan menghancurkan hidupku." kataku kesal.

"Aku tahu, Rani. Aku tahu aku salah besar. Tapi, aku sangat menyesal. Aku ingin meminta maaf dan menebus kesalahanku. Aku ingin memulai semuanya dari awal denganmu." Ia seperti memelas

"Sudah terlambat, Tan Kian Lie. Kamu tidak bisa memperbaiki apa yang sudah rusak. Kamu tidak bisa menghapus apa yang sudah terjadi. Kamu tidak bisa mengubah apa yang sudah ditakdirkan." Kataku tegas.

"Jangan begitu, Rani. Jangan menolakku begitu saja. Beri aku kesempatan untuk membuktikan cintaku padamu. Beri aku kesempatan untuk membuatmu bahagia." Ia Kembali memelas.

"Aku sudah bahagia, Tan Kian Lie. Aku sudah bahagia bersama Radit, suamiku yang sekarang. Dia adalah pria yang jujur, setia, dan bertanggung jawab. Dia adalah pria yang mencintaiku dengan tulus, tanpa pamrih, dan tanpa syarat. Dia adalah pria yang bisa membuatku bahagia, tanpa harus memiliki banyak harta atau jabatan." Aku tidak akan memberikan hatiku untuknya.

"Apa dia bisa memberimu apa yang sering aku berikan padamu dulu? Apa dia bisa memberimu hadiah-hadiah mewah, seperti perhiasan, baju, dan tas? Apa dia bisa mengajakmu makan malam di restoran-restoran mahal, atau menonton film di bioskop-bioskop terkenal?" Ia mengejek suamiku yang kucintai, kata-katanya membuatku naik pitam.

"Aku tidak peduli dengan semua itu, Tan Kian Lie. Aku tidak peduli dengan harta atau jabatanmu. Aku hanya peduli dengan hati dan perasaanmu. Dan kamu sudah mengecewakanku." Kali ini aku bener-benar marah.

"Jadi, kamu lebih memilih Radit daripada aku? Kamu lebih memilih pedagang minyak keliling daripada saudagar Tionghoa kaya raya sepertiku?" Ia pun marah setelah aku mengatakan hal itu.

"Ya, aku lebih memilih Radit daripada kamu. Aku lebih memilih pedagang minyak keliling daripada saudagar Tionghoa kaya raya yang munafik." Aku berteriak membentaknya.

"Dasar wanita bodoh dan murahan! Kamu tidak tahu apa-apa tentang cinta! Kamu hanya tahu tentang nafsu! Kamu hanya tahu tentang materi!" teriaknya, menimpali kata-kataku.

"Dasar pria sombong dan kejam! Kamu tidak tahu apa-apa tentang cinta! Kamu hanya tahu tentang ego! Kamu hanya tahu tentang diri sendiri!" kataku membalas kata-katanya.

"Baiklah, Rani. Kalau begitu, bersiap-siaplah untuk menyesal! Aku tidak akan tinggal diam melihatmu bersama Radit! Aku akan merebutmu kembali dari dia! Aku akan menghancurkan kehidupanmu dan dia!"

"Apa? Apa maksudmu? Apa yang akan kamu lakukan?"

"Kamu akan segera tahu, Rani. Kamu akan segera tahu." Ia langsung mengakhirinya.

***

Beberapa hari kemudian, Rani mendapat kabar bahwa Radit diserang oleh seorang di jalan Ketika sedang berjualan minyak tanah keliling. Untungnya, Radit berhasil selamat dan membela diri. Polisi berhasil menangkap dan menginterogasi orang itu, dia mengaku bahwa dia disewa oleh Tan Kian Lie untuk menghabisi Radit.

Polisi pun segera menangkap dan menahan Tan Kian Lie. Polisi juga menyita semua bukti-bukti yang menunjukkan keterlibatan Tan Kian Lie dalam percobaan pembunuhan dan penggelapan uang Perusahaan milik Liam Sie Hoek.

Tan Kian Lie pun harus menerima akibat dari perbuatannya yang keji. Dia dijatuhi hukuman penjara seumur hidup atas percobaan pembunuhan dan penggelapan uang perusahaan. Istrinya juga menceraikannya dan membawa anaknya pergi dari dia. Dia kehilangan semua harta dan keluarganya. Dia hidup dalam kesengsaraan dan penyesalan.

Rani dan Radit pun tetap hidup bahagia bersama anak-anak mereka. Mereka tidak peduli dengan apa yang terjadi pada Tan Kian Lie. Mereka hanya bersyukur bahwa Tuhan telah melindungi mereka dari segala kejahatan. Mereka hanya berdoa agar Tuhan senantiasa memberkati cinta mereka. 

"Cintaku tertambat dengan tukang minyak tanah keliling." kataku sambil mencubit pinggang suamiku.

-Tamat-

Iqbal Muchtar

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun