Tuan Edward menatapku dengan pandangan penuh harap dan putus asa.
"Wanita itu adalah... Rose." kata Tuan Edward.
"Rose? Siapa dia, Tuan Edward?" tanyaku.
Tuan Edward menundukkan kepalanya dan menggigit bibirnya.
"Rose adalah... adik Lady Catherine." kata Tuan Edward dengan suara serak.
Aku terperanjat. Aku hampir tidak percaya dengan apa yang baru saja aku dengar. Tuan Edward mencintai adik tunangannya sendiri? Itu adalah hal yang sangat tabu, ini adalah skandal yang sangat memalukan.
"Adik Lady Catherine? Bagaimana itu bisa terjadi, Tuan Edward?" tanyaku cemas.
Tuan Edward mengangkat kepalanya dan menatap Julia dengan mata berkaca-kaca.
"Hal itu terjadi setahun yang lalu, ketika saya pertama kali bertemu dengan Rose. Saya sedang mengunjungi Tuan Duke, ayah Lady Catherine, di rumahnya di York. Saya sudah bertunangan dengan Lady Catherine saat itu, tetapi kami belum pernah bertemu secara langsung. Kami hanya berkomunikasi melalui surat-surat. Tuan Duke mengundang saya untuk tinggal di rumahnya selama beberapa hari, agar saya bisa mengenal Lady Catherine lebih dekat. Saya setuju dengan tawaran itu, karena saya ingin memenuhi kewajiban saya sebagai tunangan Lady Catherine." kata Tuan Edward.
"Dan kemudian?" Aku mendesak.
"Kemudian, pada malam pertama saya di sana, saya bertemu dengan Rose. Dia adalah adik bungsu Lady Catherine, yang baru berusia 18 tahun. Dia sangat cantik dan manis, dengan rambut pirang panjang dan mata hijau yang bersinar. Dia menyambut saya dengan sangat hangat dan ramah, sepertinya kami sudah saling kenal sejak lama. Dia mengajak saya berbincang-bincang tentang berbagai hal, mulai dari buku-buku yang dia baca sampai mimpi-mimpi yang dia punya. Dia membuat saya tertawa dan tersenyum, sesuatu yang hampir tidak pernah terjadi dalam hidup saya." Tuan Edward menutup wajahnya dengan kedua tangannya, terlihat jelas sekali aura kesedihan dari wajahnya.