"Dia teman ketika kamu masih SMP, bukan?"
"Ehm." Aku mengangguk, aku berharap Dika tidak berfikir yang macam-macam tentangku
Dika pun mengeluarkan sebuah kotak kecil dari sakunya dan membukanya di depanku. Di dalamnya ada sebuah cincin berlian yang indah. Dia lalu memegang tanganku dan melamarku.
"Apa kamu mau menikah denganku?" dia bertanya sambil menatap mataku.
"Ya, aku mau." aku menjawab pertanyaan itu sambil meneteskan air mata. Aku menantikan momen ini, aku menunggu seseorang melamarku.
Dika pun memasangkan cincin itu di jariku dan mencium tanganku. Aku pun memeluknya erat dan mencium pipinya. Kami pun berpelukan sambil menikmati momen bahagia itu.
Di seberang kami, Radit juga tersenyum melihat kami. Dia lalu berbisik sesuatu ke telinga istrinya, sepertinya mereka ingin pergi dari retoran itu. Mereka pun berdiri dari meja mereka dan berjalan menuju pintu keluar.
Sebelum keluar, Radit menoleh lagi ke arahku dan memberikan isyarat dengan matanya. Isyarat yang artinya "Selamat ya, semoga kamu bahagia."
Aku pun membalas isyaratnya dengan matanya juga. Isyarat yang artinya "Terima kasih, semoga kamu juga bahagia."
Lalu, kami saling melepaskan pandangan kami dan berpisah untuk selamanya.
-Tamat-