Mohon tunggu...
Mochamad Iqbal
Mochamad Iqbal Mohon Tunggu... Guru - Penulis | Pengajar | Penikmat Film

Nominasi Best in Fiction 2023, senang membaca buku-buku filsafat. | Penulis Novel Aku Ustadz Matote | Penulis Antologi Cerpen Isnin di Tanah Jawa, Kumpulan Para Pemalas. | Menulis adalah cara untuk mengabadikan pikiran, dan membiarkannya hidup selamanya.|

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen: Melepaskan Pandangan untuk Berpisah Selamanya

12 September 2023   17:18 Diperbarui: 12 September 2023   17:50 256
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
gambar oleh Maksim dari pexel.com 

Aku terdiam sejenak, tidak percaya dengan apa yang baru saja aku lihat. Dia masih tampan seperti dulu, tapi Radit yang sekarang lebih dewasa dan berwibawa. Matanya masih bersinar-sinar, tapi lebih teduh dan bijaksana. Rambutnya masih hitam pekat, lebih rapi dan pendek dengan gaya potongan rambut yang sama, belah pinggir.

"R...Radit?" balasku sambil berusaha menenangkan diri.

"Iya, aku Radit. Kamu tidak mengenaliku lagi?" dia bertanya sambil tertawa.

"Tentu saja aku mengenalimu. Kamu adalah teman sebangkuku saat SMP." aku menjawab sambil tersenyum.

"Betul sekali. Aku senang sekali bisa bertemu denganmu lagi." dia berkata sambil duduk di kursi di sebelahku.

"Senang bertemu denganmu juga." aku balas sambil merasa gugup.

Kami pun mulai berbincang-bincang tentang hal-hal yang terjadi selama kami berpisah. Aku mendengar bahwa dia sudah menjadi seorang dokter spesialis bedah di rumah sakit terkenal. Dia juga sudah menikah dan memiliki seorang anak laki-laki yang lucu. Aku merasa sangat senang, tapi juga sedih karena dia sudah milik orang lain.

Radit juga tahu, aku menjadi seorang penulis novel yang cukup terkenal saat ini. Dia juga membaca beberapa karyaku dan memuji gaya penulisanku. Dia bilang bahwa dia selalu suka membaca tulisanku sejak saat SMP dan selalu mengagumi imajinasiku. Aku merasa bangga dan senang karena dia masih mengingat hal-hal kecil tentangku.

Kami terus bercerita sampai acara reuni selesai. Kami saling bertukar nomor telepon dan berjanji untuk tetap berkomunikasi. Aku merasa bahagia karena bisa bertemu dengan Radit lagi dan merasakan kembali ke dalam sebuah kenangan masa lalu yang pernah singgah di hati kami.

Tapi aku juga merasa bingung karena ada sesuatu yang berubah di hatiku. Aku merasakan rasa cinta yang sudah lama terpendam kembali muncul. Aku ingin kembali merajut cinta bersama Radit, tapi aku tahu itu tidak mungkin. Dia sudah memiliki keluarga yang bahagia dan aku tidak ingin mengganggunya.

Aku pun memutuskan untuk menyimpan perasaanku sendiri dan hanya menjadi teman baik untuk Radit. Aku berharap bahwa suatu hari nanti, aku bisa menemukan seseorang yang mencintaiku seperti aku mencintai Radit. Aku berharap bahwa suatu hari nanti, aku bisa bahagia seperti Radit, dan aku juga berharap bahwa suatu hari nanti, aku bisa melupakan Radit.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun