Aku tersipu "Terima kasih. Saya juga suka dengan mata dan senyum Anda." kataku sambil berpikir dia tidak tahu bahwa aku bisa melihat aura-nya yang berwarna merah, sama sepertiku. Dia pasti adalah jodohku yang sebenarnya.
***
Aku pun perlahan-lahan mulai mendekati Radit dan berusaha untuk mengenalnya lebih dekat. Aku juga mulai menjauhi Dika dan menghindari komunikasi dengannya. Aku tidak peduli dengan perasaan Dika yang pasti bingung dan sedih dengan sikapku yang berubah.
Sementara itu, Radit juga merasa tertarik denganku. Dia menyukai kepribadian dan penampilanku yang menarik. Dia juga merasa bahwa aku adalah orang yang mengerti tentang dunianya sebagai penulis. Dia tidak menyadari bahwa aku memiliki kemampuan untuk melihat aura.
Suatu malam, aku memutuskan untuk mengakhiri hubunganku dengan Dika. Aku mengatakan bahwa aku sudah menemukan orang lain yang lebih cocok denganku. Dika merasa terpukul dan marah dengan keputusanku. Dia tidak mau menerima kenyataan bahwa aku meninggalkannya.
"Nayla, kita perlu bicara." Dika berlari mengejarku.
"Dika? Apa yang kamu lakukan di sini?" tanyaku ketus.
"Aku mencarimu ke mana-mana. Aku khawatir denganmu. Kenapa kamu menghindariku? Apa salahku?" ujarnya dengan nada yang lembut.
"Dika, aku minta maaf. Aku tidak bisa lanjutkan hubungan kita." Aku berusaha meyakinkan Dika.
"Apa? Kenapa? Kita sudah berpacaran selama lima tahun, dan kita berencana untuk menikah bulan depan." Ia terkejut, mendegar kalimat itu.
"Dika, aku sudah menemukan orang lain yang lebih cocok denganku." balasku sambil menundukan kepala.