Mohon tunggu...
Mochamad Iqbal
Mochamad Iqbal Mohon Tunggu... Guru - Penulis | Pengajar | Penikmat Film

Nominasi Best in Fiction 2023, senang membaca buku-buku filsafat. | Penulis Novel Aku Ustadz Matote | Penulis Antologi Cerpen Isnin di Tanah Jawa, Kumpulan Para Pemalas. | Menulis adalah cara untuk mengabadikan pikiran, dan membiarkannya hidup selamanya.|

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen: Jodoh yang Tertukar

11 September 2023   11:05 Diperbarui: 11 September 2023   12:58 265
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
gambar dari pexel.com

Aku seorang wanita yang memiliki kemampuan istimewa, aku dapat melihat aura orang-orang di sekitarku, aura itu berwarna-warni, ada biru, ungu, merah, kuning. Semua warna aura itu menunjukan karater dan sifat dari orang tersebut, dan satu hal yang aku yakini bahwa setiap orang memiliki jodoh yang sempurna jika pasanganya memiliki aura yang sama dengan dirinya.

Aku sudah berpacaran dengan Dika selama lima tahun. Dika adalah seorang pria yang tenang, sabar, dan setia. Dia selalu mencintai dan menyayangiku. Dia juga berencana untuk menikah denganku bulan depan.

Namun, aku selalu merasa bahwa Dika bukanlah jodohku yang sebenarnya. Aku selalu melihat aura Dika berwarna biru muda, sedangkan aku sendiri memiliki aura berwarna merah. Aku adalah seorang wanita yang penuh dengan semangat, berani, dan mandiri. Aku merasa bahwa aku dan Dika tidak cocok satu sama lain, kebaikan hatinya yang membuatku mampu bertahan meski banyak perbedaan.

Suatu hari, aku bertemu dengan seorang pria bernama Radit di sebuah kafe. Radit adalah seorang penulis novel yang sedang mengerjakan proyek buku terbarunya. Aku terpesona dengan Radit karena aku melihat aura Radit berwarna merah, sama seperti diriku. Aku merasa bahwa Radit adalah jodohku yang sebenarnya.

"Halo, Dika." Sapaku, "Aku Nayla, penggemar berat novel-novel Anda, senang sekali bisa bertemu Anda di sini." ucapku.

"Halo, Nayla. Terima kasih atas apresiasi Anda. Aku juga senang bisa berkenalan dengan Anda. Apa yang membuat Anda tertarik dengan karya-karyaku?" tanya Radit.

 "Aku suka dengan gaya penulisan Anda yang mengalir dan penuh imajinasi. Aku juga suka dengan tema-tema yang Anda angkat, seperti cinta, petualangan, dan misteri. Aku merasa terhubung dengan dunia yang Anda ciptakan." jawabku.

 "Wah, aku terharu mendengar pujian Anda. Aku senang Anda bisa menikmati karya-karya yang aku buat." Radit menatapku, kemudian melanjutkan kata-katanya, "Aku juga merasakan seperti ada kesamaan diantara kita. Aku melihat bahwa Anda juga memiliki jiwa yang bersemangat, berani, dan mandiri."

"Benarkah?" Aku terbuai oleh kata-kata itu, "Bagaimana Anda bisa tahu?"

"Aku bisa melihatnya dari mata dan senyum Anda. Mata dan senyum Anda berbicara banyak tentang diri Anda. Saya suka dengan mata dan senyum Anda."

Aku tersipu "Terima kasih. Saya juga suka dengan mata dan senyum Anda." kataku sambil berpikir dia tidak tahu bahwa aku bisa melihat aura-nya yang berwarna merah, sama sepertiku. Dia pasti adalah jodohku yang sebenarnya.

***

Aku pun perlahan-lahan mulai mendekati Radit dan berusaha untuk mengenalnya lebih dekat. Aku juga mulai menjauhi Dika dan menghindari komunikasi dengannya. Aku tidak peduli dengan perasaan Dika yang pasti bingung dan sedih dengan sikapku yang berubah.

Sementara itu, Radit juga merasa tertarik denganku. Dia menyukai kepribadian dan penampilanku yang menarik. Dia juga merasa bahwa aku adalah orang yang mengerti tentang dunianya sebagai penulis. Dia tidak menyadari bahwa aku memiliki kemampuan untuk melihat aura.

Suatu malam, aku memutuskan untuk mengakhiri hubunganku dengan Dika. Aku mengatakan bahwa aku sudah menemukan orang lain yang lebih cocok denganku. Dika merasa terpukul dan marah dengan keputusanku. Dia tidak mau menerima kenyataan bahwa aku meninggalkannya.

"Nayla, kita perlu bicara." Dika berlari mengejarku.

"Dika? Apa yang kamu lakukan di sini?" tanyaku ketus.

"Aku mencarimu ke mana-mana. Aku khawatir denganmu. Kenapa kamu menghindariku? Apa salahku?" ujarnya dengan nada yang lembut.

"Dika, aku minta maaf. Aku tidak bisa lanjutkan hubungan kita." Aku berusaha meyakinkan Dika.

"Apa? Kenapa? Kita sudah berpacaran selama lima tahun, dan kita berencana untuk menikah bulan depan." Ia terkejut, mendegar kalimat itu.

"Dika, aku sudah menemukan orang lain yang lebih cocok denganku." balasku sambil menundukan kepala.

"Orang lain? Siapa dia? Apa dia lebih baik dariku?" tanyanya sambil menggenggam pundakku.

"Dia Radit, penulis novel terkenal itu. Dia adalah jodohku yang sebenarnya." Aku masih menunduka kepalaku.

"Jodohmu yang sebenarnya? Apa maksudmu?" nada bicara mulai agak meninggi.

"Dika, aku punya kemampuan istimewa untuk melihat aura orang-orang di sekitarku. Aura itu seperti semacam cahaya berwarna yang mengelilingi tubuh seseorang dan warna itu mencerminkan kepribadian dan perasaannya. Aku percaya bahwa setiap orang memiliki jodoh yang sempurna yang memiliki aura yang sama dengannya." Kugenggam tangan Dika untuk menenangkannya.

"Aura? Kamu ini bicara apa? Sudahlah tidak usah mencari alasan." Ia berbaik badan membelakangiku.

"Aku selalu melihat aura kamu berwarna biru muda, yang menunjukkan bahwa kamu adalah orang yang tenang, sabar, dan setia. Tapi aku sendiri memiliki aura berwarna merah, yang menunjukkan bahwa aku adalah orang yang bersemangat, berani, dan mandiri. Aku merasa bahwa kita tidak cocok satu sama lain." Ia masih memunggungiku ketika aku mengatakan itu.

"Tapi Nayla, kita sudah bersama selama ini. Kita sudah saling mencintai dan merajut mimpi. Kita sudah banyak melewati suka dan duka bersama. Apakah itu semua tidak berarti apa-apa bagimu?" Ia berbalik, dan berusaha meyakinkanku.

"Dika, aku minta maaf. Aku sudah memutuskan pilihanku. Aku ingin bersama dengan Radit, jodohku yang sebenarnya." Aku beranjak dari kafe tempat aku bertemu Radit.

"Nayla, jangan lakukan ini padaku. Jangan tinggalkan aku begitu saja. Aku masih mencintaimu." Dika mengejarku.

"Dika, lepaskan aku. Sudahlah, ini sudah selesai."

Aku tidak peduli dengan reaksi Dika. Aku hanya ingin bersama dengan Radit, jodohku yang sebenarnya.

***

Aku merasa sangat bahagia karena Radit mengajakku untuk ikut dengannya dalam rangka promosi buku terbarunya di beberapa negara. Aku menerima ajakan Radit tanpa ragu.

"Nayla, sayang. Apa kabarmu?" Sebuah pesan singkat dari sosial media menyapa hariku.

"Radit, sayang. Aku baik-baik saja." Aku membalas pesan itu

"Kamu sudah siap untuk pergi bersamaku ke luar negeri?"

"Ya, tentu saja. Aku sudah tidak sabar untuk ikut dengamu dalam rangka promosi buku terbarumu di beberapa negara."

"Aku juga tidak sabar untuk membawamu ke tempat-tempat indah yang belum pernah kamu lihat sebelumnya. Aku ingin membuatmu bahagia." 

"Aku juga ingin membuatmu bahagia. Aku yakin ini adalah awal dari kehidupan baru yang indah bersama jodohku yang sebenarnya."

"ting..." Sebuah pesan singkat dari Dika, masuk setelah aku mengirim pesan untuk Radit.

"Nayla, apakah kamu tahu Radit sudah punya istri?" Aku tidak menggubris kalimat itu.

"ting..." pesan itu masuk dengan sebuah foto, Radit dengan seorang wanita yang memeluknya. Aku tidak menggubris gambar itu, dalam pikiranku bisa saja wanita itu adalah adiknya atau temannya.

***

Aku tidak tahu kalau Radit telah menipuku, ia sudah mempunyai istri. Aku juga tidak tahu bahwa Rian berusaha mencoba untuk menyelamatkanku dari kesalahan besar yang aku buat.

Sekarang, aku sedang dalam pesawat bersama Radit menuju tujuan pertama kami, Amsterdam. Aku tersenyum dan memeluk Radit erat-erat. Aku yakin bahwa ini adalah awal dari kehidupan baru yang indah bersama jodohku yang sebenarnya.

-Tamat-

Iqbal

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun