"Ya, memang agak konyol sih. Tapi setidaknya kita punya cerita unik untuk diceritakan nanti." kataku saat itu.
"Tapi, tahu gak, rasanya seperti dunia ini hanya milik kita berdua saat ini." katanya.
"Betul juga." ucapku sambil merasakan tetesan hujan di wajahku, payung yang sempat melindungiku kini tak lagi berarti, "Tapi kenapa hanya kita?" tanyaku saat itu.
"Karena hanya kita berdua yang terkena cipratan air itu." sahutnya sambil tertawa tergelak, kami saling melepas kekesalan kami.
"Seperti teman lama yang akhirnya kembali bertemu setelah lama terpisah." ujarku sambil menatapnya.
"Jadi, apa kabar selama ini?" ia menimpali pernyataanku.
"Oh, kamu tahu sendirilah. Hidup monoton dengan rutinitas sehari-hari. Tapi sepertinya kamu punya banyak cerita menarik setelah sekian lama." balasku dengan canda.
"Kamu bisa percaya gak, aku memutuskan untuk berhenti dari pekerjaanku, saat ini aku sedang mengejar mimpiku." timpalnya sambil tertawa, namun matanya memancarkan keseriusan.
"Serius? Itu keren banget! Lalu, apa impian besar yang ingin kamu capai?" tanyaku saat itu sambil menghentikan langkahku.
"Aku membuka sebuah kafe kecil yang menyajikan kopi spesial dan makanan lezat. Aku selalu menyukai dunia kuliner dan ingin berbagi kebahagiaan melalui makanan." Kali ini nada bicaranya cukup serius, ia menatapku dalam sekali.
"Kamu dan kopi, memang pasangan yang tak terpisahkan." tukasku sekenanya saja, aku merasa gugup ketika ia menatap mataku.