Mohon tunggu...
Mochamad Iqbal
Mochamad Iqbal Mohon Tunggu... Guru - Penulis | Pengajar | Penikmat Film

Nominasi Best in Fiction 2023, senang membaca buku-buku filsafat. | Penulis Novel Aku Ustadz Matote | Penulis Antologi Cerpen Isnin di Tanah Jawa, Kumpulan Para Pemalas. | Menulis adalah cara untuk mengabadikan pikiran, dan membiarkannya hidup selamanya.|

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Cerpen : Melodi yang Berdenyut di Hatiku

15 Agustus 2023   10:00 Diperbarui: 15 Agustus 2023   10:05 312
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Nala..." aku berusaha memanggil namanya dengan nada yang ia senangi.

"Raehan" ia membalasnya, itu sebuah pertanda kalau ia sedang marah.

"Kita harus bicara."

"Loh, kamu sadar kan, kita sedang bicara loh."

"Bukan, maksud aku..."

"Sudahlah Raehan, selamat tinggal" Nala memotong perkataanku dan mengakhiri sambungan teleponku.

Aku kembali duduk di depan piano dengan hati yang gelap. Ketika jari-jariku menyentuh tuts-tuts piano, perasaan kesepian dan nostalgia dalam hatiku mulai mengalir seperti aliran sungai yang tenang. Melodi yang sayu terbentuk, membawa perasaan yang dalam dan rindu yang tak terungkapkan. Ada suatu keindahan dalam setiap ketukan tanganku yang mengekspresikan getaran hatiku yang terluka.

Masalah di kantorku belum usai, kini aku harus kehilangan Nala, saat ini hanya piano ini lah tempatku melepaskan semua keresahanku. Emosiku membentuk nada-nada melodi suram yang terhubung satu sama lain, lagu mulai membangun kisah yang sarat dengan kehilangan, penyesalan dan kerinduan. Saat nada tinggi dan rendah berpadu, terasa seperti roller coaster emosi yang membawa pendengar pada perjalanan batin yang mendalam. Seperti kata-kata yang tak terucapkan, melodi piano mengisahkan kesedihan dan kehampaan dengan cara yang menggugah hati.

Ketika lagu sendu itu merangkak ke bagian akhir, terasa seperti menghela nafas panjang setelah menyelesaikan surat yang berat di hati. Piano telah menjadi media yang membuat perasaan terdalam tersampaikan, seperti melukis dengan nada-nada yang menciptakan gambaran emosional yang mendalam dan indah dalam lagu.

***

Setelah berbulan-bulan berlalu, seiring waktu aku tidak lagi bersama Nala juga tidak lagi bekerja di kantor itu, aku mengikuti keinginan hatiku menjadi musisi, aku membagikan musik hasil karyaku kepada dunia. Mengunggahnya melalui platform musik online adalah langkah besar yang memerlukan keberanian bagiku.  Berbagai macam tanggapan tentang lagu hasil karyaku, ada tanggapan positif dari pendengar yang memberikan aku keyakinan bahwa aku tidak sendirian dalam berjuang mempertahankan cinta dan asa, ada juga tanggapan miring, bagiku semua itu adalah proses untuk terus bergerak maju.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun