Mohon tunggu...
Mochamad Iqbal
Mochamad Iqbal Mohon Tunggu... Guru - Penulis | Pengajar | Penikmat Film

Nominasi Best in Fiction 2023, senang membaca buku-buku filsafat. | Penulis Novel Aku Ustadz Matote | Penulis Antologi Cerpen Isnin di Tanah Jawa, Kumpulan Para Pemalas. | Menulis adalah cara untuk mengabadikan pikiran, dan membiarkannya hidup selamanya.|

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Rinduku Untukmu Bersemayam di Antara Hujan

14 Agustus 2023   09:00 Diperbarui: 14 Agustus 2023   09:02 375
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Apa kamu pernah terpikir untuk balikan?" tanyaku akhirnya dengan suara lembut.

Kamu terdengar ragu, kemudian menjawab, "Aku tidak tahu. Tapi aku ingin mencoba memahami perasaanku ini lebih dalam lagi."

Percakapan kita ini menghasilkan perasan tentang harapan dan juga keraguan yang bercampur aduk di dalam diriku. Hujan di luar sana tampaknya juga menjadi saksi bisu atas perasaan yang tengah kami jelajahi. Meskipun ada perdebatan di antara kami, tapi aku merasa masih ada peluang untuk kita menemukan solusi untuk segalanya.

"Aku ingin minta maaf," kataku dengan tulus. "Aku menyesal, karena tidak pernah mengungkapkan perasaanku sebelum kita berpisah. Ada banyak hal yang aku pikirkan dan ingin kusampaikan padamu."

Kamu mendengarkan, aku dapat membayangkan ekspresi seriusmu itu, tatapan mata itu, dan aku bisa merasakan saat ini kamu sedang mencari kata-kata konyol untuk membuatku tertawa, itu yang biasa kita lakukan dulu.

“Radit…” Ia terlalu lama diam, aku memanggilmu.

“Ya…”

“Apakah kamu rindu?”

Rindu…” Ujarnya, “Aku rindu Hujan.”

“Aku pun rindu, ada banyak belum sempat aku sampaikan, aku ingin bertemu.” Balasku segera ketika ia mengatakan kata itu. Rinduku ini seperti angin sepoi-sepoi yang menyapu hati, membawa aroma kenangan yang membangkitkan kembali momen-momen berharga bersamanya. Ia adalah nostalgia yang terasa begitu nyata, menghadirkan kembali senyum, tawa, dan percakapan dalam bayangan mata. Suara-suara yang pernah terdengar, senyum-senyum yang pernah diberikan, semuanya menjadi hidup kembali dalam sorotan rindu bersama alunan lembut dari suara hujan.

“Radit… aku ingin bertemu.” Sahutku lirih.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun