"Aku mengerti rasa khawatir itu, Bunda. Tapi aku ingin mencoba. Aku ingin membuktikan bahwa aku bisa sukses dalam hal ini." Balasku lembut.
"Kamu tahu, Nala, kami hanya ingin kamu memiliki masa depan yang cerah. Masuk ke sekolah terbaik akan membuka peluang yang lebih baik untuk masa depanmu." Kata ayah sambil memandangku dengan serius.
"Aku sangat menghargai dukungan dan usaha Ayah dan Bunda untuk memberikanku pendidikan terbaik. Tapi aku juga ingin meminta kesempatan untuk mengejar impianku." Pintaku.
"Kami ingin kamu bahagia, Nala. Tapi kami juga khawatir kamu mungkin akan menghadapi kesulitan di masa depanmu nanti." Kata bunda sambil merenung sejenak.
"Aku tidak akan berhenti belajar dan berusaha, baik dalam hal seni maupun dalam hal akademik. Aku ingin membuktikan bahwa aku bisa melakukan keduanya." Sahutku berusaha meyakinkan mereka.
"Kami hanya ingin melihatmu berhasil dan bahagia, Nala. Jika ini adalah hal yang kamu benar-benar cintai, kami akan mendukungmu." Balas ayah sambil menggenggam tanganku dengan lembut.
"Kamu tahu, kamu adalah anak kami dan kamu memiliki hak untuk menentukan jalanmu sendiri. Kami akan mendukungmu sepenuhnya." Bunda menimpali sambil tersenyum.
"Terima kasih, Ayah, Bunda. Semua ini sangat berarti bagiku. Aku berjanji akan bekerja keras dan bersunguh-sungguh untuk membuktikan bahwa aku bisa meraih kesuksesan terhadap sesuatu yang aku cintai." Jawabku dengan perasaan haru.
***
Sejak saat itu aku mengejar mimpiku dengan sunguh-sungguh, tak kubiarkan seharipun tanpa belajar demi mengejar nilai akademik dan juga membiarkan imajinasiku semakin liar di atas kanvas.
Perjalanan yang kuhadapi untuk mencapai tujuanku bersekolah di sekolah seni rupa terbaik terbukti tak semudah yang kubayangkan. Aku terjebak dalam gelombang keraguan diri sendiri dan tekanan dari lingkungan sekitarku. Setiap langkah terasa seperti ujian, menguji tekadku untuk tetap berjalan pada jalur yang kuharapkan.